Showing posts with label Islam. Show all posts
Showing posts with label Islam. Show all posts

NASEHAT UNTUK ISTERIKU

Friday 10 May 2013


1. Jika aku melakukan kebaikan dan keburukan maka kamu tidak mendapatkan apa-apa, berdasarkan keumuman dalil, firman Allah ta’ala,
أَلاَّ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى (38) وَأَن لَّيْسَ لِلإِنسَانِ إِلاَّ مَا سَعَى (39)
“Seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan seorang manusia tiada memperoleh (pahala) selain apa yang telah diusahakannya.” [An-Najm: 38-39]

2. Jika aku mengajarkan atau mencontohkan kebaikan kepadamu, kemudian kamu mengamalkannya maka kita berdua mendapat pahala.

Demikian sebaliknya, jika kamu mengajarkan atau mencontohkan kebaikan kepadaku, kemudian aku mengamalkan kebaikan tsb maka kamu dan aku mendapat pahala.

Bahkan jika kebaikan yang diajarkan itu tidak diamalkan pun sudah bernilai kebaikan, yaitu pahala dakwah bagi orang yang mengajarkannya. Dan akan semakin berlipat ganda jika diamalkan.

3. Jika aku mengajarkan atau mencontohkan keburukan kepadamu maka aku mendapat dosa, jika kamu melakukan keburukan itu maka kamu mendapat dosa dan dosaku semakin berlipat ganda. Demikian sebaliknya.

Poin kedua dan ketiga berdasarkan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang mengajak kepada hidayah maka ia mendapatkan pahala, dan pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa, dan dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

4. Jika aku atau kamu melihat perbuatan dosa yang dilakukan oleh salah satu dari kita berdua tanpa ada usaha untuk menasihati atau malah setuju, maka kita berdua mendapat dosa.

5. Jika aku tidak mengajarkan kebaikan kepadamu, maka aku berdosa, sebaliknya jika kamu terjerumus dalam dosa-dosa disebabkan kamu tidak kuajari  maka dosaku semakin berlipat ganda.

6. Jika aku telah mengajarkan kebaikan kepadamu bahkan mencegah kemungkaran yang kamu lakukan , tapi kamu masih tetap saja membandel maka aku tidak mendapat dosa, jika aku membiarkanmu barulah aku mendapat dosa.

7. Benar bahwa seorang istri harus lebih mengutamakan suaminya, bahkan dari orang tuanya sekalipun, dan itu dari konsekwensi berpindahnya sebagian besar tanggung jawab orang tua kepada suami. Oleh karena itu tanggung jawab suami sangat besar terhadap istrinya. Seorang suami tidak boleh hanya menuntut haknya dan melupakan kewajibannya.

8. Benar bahwa orang tua harus lebih didahulukan oleh suami dibanding istri dan anak-anaknya, akan tetapi hal ini bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan namun hendaklah masing-masing pihak ditunaikan haknya.

MENGAPA AYAM MAMPU MELIHAT MALAIKAT, SEDANGKAN KELEDAI TIDAK

Monday 6 May 2013

Subhanallah. Banyak sudah penelitian ilmiah yang membuktikan
kebenaran sabda-sabda Nabi SAW secara ilmiah.
Berikut ini adalah salah satunya. Nabi SAW bersabda: "Bila engkau mendengar suara ayam jantan maka
mintalah karunia kepada Allah karena ia melihat
malaikat, sedangkan bila engkau mendengar ringkikan
keledai, maka berlindunglah kepada Allah dari Setan
karena dia melihat setan." (Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim) Kita sering kali mendengar hadits ini tetapi bisa jadi
jarang memikirkannya dan tidak terlintas dalam benak
kita untuk meneliti secara ilmiah mengapa itu terjadi. Kemampuan sistem visual manusia di dunia ini
terbatas. Dalam hal ini justru kalah dengan sistem visual
keledai dan ayam jantan. Pandangan mata manusia
terbatas dan tidak dapat melihat apa yang berada di
bawah sinar infra merah atau di atas sinar ultraviolet. Tapi kemampuan indera ayam jantan dan keledai
melewati batas itu. Pertanyaannya sekarang,
bagaimana keledai dan ayam bisa melihat setan dan
malaikat, bukan sebaliknya? Keledai itu dapat melihat dengan sinar infra merah,
sedangkan setan sendiri berasal dari jin yang
diciptakan dari api. Artinya, setan termasuk dalam
lingkup infra merah. Karena itulah, keledai dapat
melihat setan, tetapi tidak bisa melihat malaikat.
Adapun ayam jantan, ia mampu melihat sinar ultraviolet, sedangkan malaikat diciptakan dari cahaya,
artinya dari sinar ultraviolet. Karena itulah, malaikat
dapat dilihat oleh ayam jantan. Hal ini menjelaskan kepada kita mengapa setan
melarikan diri saat disebutkan nama Allah.
Penyebabnya adalah karena para malaikat datang ke
tempat yang disebut nama Allah itu, sehingga setan
melarikan diri. Mengapa setan menghindar bila ada malaikat? Jawabannya adalah karena setan terganggu bila
melihat cahaya malaikat. Dengan kata lain, jika sinar
ultraviolet bertemu dengan sinar inframerah di satu
tempat, maka sinar merah memudar. Maha Suci Allah...!

Do'a Ketika mendengar Ayam berkokok
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمْ نُهَاقَ الْحَمِيْرِ، فَتَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِنَّهَا رَأَتْ شَيْطَانًا. وَإِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ، فَاسْأَلُوا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ، فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا.
“Apabila kamu mendengar ringkikan keledai, maka mintalah perlindungan (ta’awwudz) kepada Allah dari godaan setan, karena dia melihat setan. Dan apabila kamu mendengar ayam jantan berkokok, maka mintalah karunia Allah (berdoalah), karena dia melihat malaikat.”
inilah do'anya :

اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ 
" Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu sebagian dari anugerah-Mu". 

INILAH RAHASIA WAKTU ANTARA ADZAN DAN IQOMAH

Sunday 5 May 2013
Abiiklil.blogspot.com_Mungkin sebagian kita belum mengetahui bahwa waktu antara adzan dan iqomah adalah waktu utama terkabulnya do’a. Sehingga karena ketidaktahuan setelah adzan malah disibukkan dengan hal lain yang tidak berfaedah. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa waktu tersebut adalah di antara waktu terkabulnya do’a (waktu ijabah).

Oleh karena itu, sudah sepatutnya setiap orang memperhatikan waktu tersebut dan memanfaatkannya untuk banyak bermunajat dan memohon pada Allah yang Maha Mendengar setiap do’a.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا

“Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu).” (HR. Ahmad 3/155. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Waktu antara adzan dan iqomah adalah waktu yang barokah (penuh kebaikan) yang sudah sepantasnya seorang muslim menyibukkan diri untuk banyak berdo’a saat itu.

Kita lihat contoh dari ulama besar Saudi Arabia (pernah menjabat sebagai ketua Komisi Fatwa di Kerajaan Saudi Arabia), Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah yang benar-benar menjaga amalan yang satu ini. Diceritakan oleh murid beliau, Sa’ad Ad Daud bahwasanya Syaikh rahimahullah setelah melakukan shalat sunnah dua raka’at (antara adzan dan iqomah), Syaikh Sa’ad ingin mengajukan suatu pertanyaan pada beliau rahimahullah.
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah lantas menjawab, “Wahai Sa’ad, ingatlah bahwa do’a antara adzan dan iqomah adalah do’a yang tidak tertolak.” Lihatlah beliau rahimahullah lebih ingin memanfaatkan waktu tersebut daripada melakukan hal lainnya (saat ini malah ngetrend buka/jawab BBM, SMS dll) karena menjawab pertanyaan dari Sa’ad bisa saja ditunda selesai shalat. Lihat pula bagaimana semangat beliau rahimahullah dalam mengamalkan hadits di atas.

Syaikhuna, Syaikh Sholeh Al Fauzan hafizhohullah mengatakan, “Kebanyakan manusia malah meninggalkan do’a antara adzan dan iqomah. Mereka menyibukkan diri dengan tilawah Al Qur’an. Tidak ragu lagi bahwa membaca Al Qur’an adalah amalan yang mulia. Akan tetapi tilawah Al Qur’an bisa dilakukan di waktu lain. Menyibukkan diri dengan berdo’a dan berdzikir, itu lebih afdhol (lebih utama). Karena do’a yang dituntunkan pada waktu tertentu tentu lebih utama dari do’a yang dipanjatkan di tempat lain.”

Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni hafizhohullah mengatakan, “Namun dituntunkan jika bisa menggabungkan antara berdo’a dan membaca Al Qur’an kala itu. Alhamdulillah jika keduanya bisa dilakukan sekaligus.”

Setelah kita mengetahui hal ini, manfaatkanlah waktu tersebut untuk memanjatkan do’a. Moga Allah memperkenankan setiap do’a-do’a kita.

PENTINGNYA MERAPATKAN SHAF DALAM SHALAT BERJAMA'AH


Abiiklil.blogspot.com-Saudaraku, ajaran Islam memang benar-benar sempurna dan lengkap. Sedemikian lengkapnya sehingga soal bagaimana melaksanakan sholat berjamaahpun diatur di dalamnya. Pernah diriwayatkan bahwa para sahabat langsung diajarkan oleh Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallamagar di dalam barisan sholat berjamaah senantiasa dipastikan lurus dan rapatnya. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bahkan memberikan ancaman berupa akibat yang akan ditimbulkan bilamana shaf dibiarkan tidak lurus.

SUNNAH -SUNNAH YANG BANYAK DITINGGALKAN UMMAT

Tuesday 30 April 2013

Seluruh kaum muslimin sepakat bahwasannya syarat mutlak diterimanya amal ibadah adalah dengan Ittiba'ur Rasul SAW (mengikuti tatacara yang diajarkan Rasul SAW ) tanpa ifrath (berlebih-lebihan dalam ibadah) dan tafrith (berlebih-lebihan dalam mencela), namun pada realitanya sering kita temukan praktek-praktek ibadah yang banyak menyelisihi sunnah . Pada pembahasan kali ini akan diuraikan beberapa sunnah Rasulullah SAW  yang sudah ditinggalkan oleh ummat islam, diantaranya:

BAB 1 Thaharah (Bersuci)

a. Sungguh-sungguh dalam Istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung)
    Dari Laqith bin Shabrah RA dia berkata bahwa Rasulullah SAW?bersabda : "Sempurnakanlah wudhu, sela-selailah di antara jari-jari, dan bersungguh-sungguhlah ketika ber-istinsyaq, kecuali jika kamu sedang berpuasa." (HR. Abu Dawud no.142, at-Tirmidzi no.38); dia berkata : hadits ini hasan shahih.
{jcomments on}

b. Madhmadhah (Berkumur) dan Istinsyaq (Menghirup air ke dalam hidung) dilakukan tiga kali dengan satu telapak tangan.
   Dari Abdullah bin Zaid RA, berkenaan dengan sifat wudhu Rasulullah SAW: "Abdullah bin Zaid RA  menuangkan air di atas kedua telapak tangannya, lalu dia mencuci mulutnya atau berkumur-kumur dan ber-istinsyaq dari satu telapak tangan; dia melakukannya sebanyak tiga kali setelah itu dia berkata : "Beginilah wudhu Rasulullah SAW ". (HR. Al-Bukhori no.191, Muslim no.225). bnu Hajar Rahimahullah berkata : "Hadits ini dengan jelas menyebutkan bahwa berkumur-kumur dan beristinsyaq itu dari satu telapak tangan sekaligus"   

BAB II Hukum-Hukum Junub

a.
 Wudhu sebelum mandi junub dan tata caranya
     Dari Aisyah Radhiallahu ‘anha, dia berkata: "Apabila Rasulullah SAW hendak mandi junub, beliau mencuci tangannya, lalu berwudhu seperti wudhu hendak shalat, dan setelah itu beliau mandi." (HR. Bukhori (no.272) dan Muslim (no.316).
    Dari Maimunnah RA, dia berkata: "Aku mendekatkan air kepada Rasulullah SAW untuk mandi junub. Kemudian beliau mencuci kedua telapak tangannya dua atau tiga kali, lalu memasukkan tangannya ke dalam bejana. Setelah itu, beliau menyiramkan air tersebut ke kemaluan dan mencucinya dengan tangan kiri. Kemudian beliau menempelkan tangan kiri di tanah dan menggosok-gosokkannya dengan kuat. Setelah itu, beliau berwudhu seperti wudhu hendak shalat diteruskan dengan menyiramkan air sepenuh telapak tangan ke atas kepalanya sebanyak tiga kali, sebelum kemudian mengguyurkan air ke seluruh badannya. Sesudah itu, beliau menjauh dari tempat mandinya, lalu mencuci kedua kakinya." (HR. Al-Bukhori no.274 dan Muslim no. 317)

b. Wudhu orang yang junub ketika hendak tidur
   Dari Abdullah bin Umar RA, bahwasannya Umar bin Al Khattab RA  pernah bertanya: "Wahai Rasulullah, bolehkah salah seorang di antara kami langsung tidur saat sedang junub?" Rasulullah SAW?menjawab: "Ya boleh, jika dia sudah berwudhu dia boleh tidur meskipun sedang junub." (HR. Al-Bukhori no. 287 dan Muslim no. 306)

c. Wudhu orang yang ingin mengulangi hubungan intim
   Dari Abu Sa'id al-Khudri RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Jika salah satu di antara kalian berhubungan intim dengan isterinya, kemudian ia ingin mengulanginya lagi, maka berwudhulah terlebih dahulu"(HR. Muslim no.308, Abu Dawud no.220, Ibnu majah no.587)

BAB III Siwak

a. 
Memelihara kebiasaan bersiwak
Al-'Alamah ash-Shan'ani menyebutkan dalam Subulussalam: "Dalam kitab al-Badrul Muniir disebutkan: "Ada lebih dari seratus hadits yang menyebutkan tentang siwak. Namun, sungguh mengherankan, sunnah Nabi SAW yang banyak tersebut dilalaikan oleh kebanyakan orang, bahkan oleh mayoritas fuqaha; sebuah kerugian yang sangat besar."
Ash-Shan'ani melanjutkan: "Yang paling baik, hendaknya batang siwak tidak terlalu kasar/kering supaya tidak melukai gusi. Namun jangan terlalu basah/lembap sehingga tidak bisa menghilangkan kotoran yang harus dihilangkan."
    Dari Ibnu Umar RA, dia berkata: "Tidaklah Rasulullah SAW tidur, melainkan siwak ada disamping beliau. Manakala bangun tidur, beliau langsung bersiwak." (HR. Ahmad no.5979, Bukhori dalam Taarikhul Kabiir no.I/24).
    Dari Abu Hurairah RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Andaikata tidak memberatkan ummatku, pasti aku akan memerintahkan mereka untuk selalu bersiwak pada setiap hendak mengerjakan shalat." (HR. Bukhori no.887 dan Muslim no.252).
   Dari Aisyah RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Siwak itu pembersih mulut dan mendatangkan ridha Allah ?." (HR. Bukhori, Ahmad no.VI/47)

b. Anjuran bersiwak ketika memasuki rumah
   Dari Miqdam bin Syuraih, dari ayahnya, dia berkata: "Aku bertanya kepada Aisyah RA: "Apa yang terlebih dahulu dilakukan Nabi SAWketika masuk ke dalam rumahnya? Dia menjawab: "Bersiwak." (HR. Muslim no.253, Abu Dawud no.51, An-Nasa-I no.8)

BAB IV Adzan

a. 
Menyimak dan mengikuti adzan dan iqomat
  Dari Abu Sa'id al-Khudri RA, bahwasannya Rasulullah SAW pernah bersabda: "Jika kalian mendengarkan adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh orang yang adzan itu (muadzin)." (HR. Bukhori no.611, Muslim no.383).
     Dari Umar bin Al-Khattab RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Jika muadzin mengumandangkan kalimat Allahuakbar, lalu di antara kalian mengucapkan Allahuakbar, kemudian muadzin mengucapkan kalimat Asyhaduallailahaillallah, lalu dia mengucapkan Asyhaduallailahaillallah, kemudian muadzin mengumandangkan kalimat Asyhaduannamuhammadarrasulullah, lalu dia mengucapkan Asyhaduannamuhammadarrasulullah, kemudian muadzin itu mengumandangkan kalimat Hayya'alashalah, lalu dia mengucapkan Lahaulawalakuwwata illa billah, kemudian muadzin itu mengumandangkan kalimat Hayya'alalfalah, lalu dia mengucapkan Lahaulawalakuwwata illa billah, kemudian muadzin itu mengumandangkan kalimat Allahuakbar, lalu dia mengucapkan Allahuakbar, kemudian muadzin itu mengumandangkan Lailahaillallah, lalu dia mengucapkan Lailahaillallah dari hatinya (ikhlas), maka dia masuk surga". (HR. Muslim no.385 dan Abu Dawud no.527) 

b. Doa setelah adzan
  Dari Jabir bin Abdullah RA, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang setelah adzan berdoa,
(Ya Allah Rabb pemilik panggilan yang sempurna ini dan shalat yang akan ditegakkan, berilah nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, serta bangkitkanlah beliau dalam tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan) maka dia berhak mendapatkan syafaat dariku pada hari kiamat." (HR. Bukhori no.614, Abu Dawud no.529, At Tirmidzi no.211, an Nasai no.680, dan Ibnu Majah no.772)

BAB V Shalat
a. 
Membuat sutrah
  Sutrah yakni pembatas yang diletakkan didepan orang yang shalat sehingga tidak dilalui oleh orang yang lewat dihadapannya. Masalah sutrah ini pun sudah banyak ditinggalkan oleh kebanyakan kaum muslimin bahkan ada yang sama sekali belum mengetahuinya padahal ini adalah perkara masyru' yang dicontohkan oleh Nabi SAW.
  Dari Ibnu Umar RA bahwasannya Rasulullah SAW pernah bersabda: "Jika di antara kalian sedang mengerjakan shalat, maka janganlah membiarkan seseorang lewat di hadapannya (tanpa dicegah); jika dia memaksa terus lewat, maka lawanlah dia, karena dia bersama dengan qarrin (syaetan/jin pendamping)." (HR. Muslim no.260)
   Dari Musa bin Talhah, dari ayahnya, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Jika seseorang di antara kalian telah meletakkan benda atau barang di depannya setinggi kayu bagian belakang pelana, maka shalatlah dan jangan hiraukan orang yang lewat di belakang benda (sutrah)." (HR. Muslim no.241, at tirmidzi no.335, dan Ibnu Majah no.940)
   Dari Sahal bin Sa'ad RA, dia berkata: "Jarak antara tempat shalat Rasulullah SAW  dan dinding (di hadapan beliau) adalah seukuran tempat lewatnya seekor anak kambing." (HR. Bukhori no.496, dan Muslim no.262).
   Demikianlah beberapa penjelasan tentang sunnah-sunnah Rasulullah SAW  yang sudah banyak ditinggalkan oleh umat islam, ini hanya sebagian kecil dan akan dilanjutkan pada pembahasan berikutnya insya Allah.
Wallah’alam Bissowab

BAHAYA GHIBAH (MENGGUNJING)

Saturday 6 April 2013

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat:12)

Ayat ini mengandung larangan berbuat ghibah atau menggunjing atau membicarakan aib orang yang tidak disukai . di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Abu Hurairah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan ghibah itu?” Rasulullah menjawab, “Kamu menceritakan perihal saudaramu yang tidak disukainya.” Ditanyakan lagi, “Bagaimanakah bila keadaan saudaraku itu sesuai dengan yang aku katakan?” Rasulullah menjawab, “Bila keadaan saudaramu itu sesuai dengan yang kamu katakan, maka itulah ghibah terhadapnya. Bila tidak terdapat apa yang kamu katakan maka kamu telah berdusta.”

Ghibah merupakan penyakit jiwa yang berbahaya dan termasuk kelompok Nafsu Lawwamah. Terbentuknya ghibah karena munculnya sifat iri dan dengki dalam hati seseorang, karena faktor tidak suka, cemburu dan benci. Kemudian sifat tersebut mengkristal menjadi benih-benih su-uzhan (buruk sangka)..

Ghibah adalah haram. Itulah sebabnya Allah menyerupakan perbuatan ghibah dengan memakan daging manusia yang sudah menjadi bangkai.

kita sering menemui pembicaraan yang mengarah kepada kejelekan seseorang, entah yang memulai pembicaraan itu kita atau orang lain, disadari atau tidak disadari. Yang jelas apabila kita ikut larut dalam memperbincangkan kejelekan orang maka kita telah berbuat ghibah yang dalam Al-Qur’an dan hadits telah diterangkan perbuatan itu adalah terlarang (haram).

Maka bagaimana sebaiknya kita menyikapi kasus yang demikian? Insya Allah berikut ini adalah hal-hal  yang dapat menjauhkan kita dari ghibah:

1. Pertama merasakan apakah yang dibicarakan itu termasuk ghibah atau bukan. Caranya mudah, yaitu bayangkan seandainya orang yang kita bicarakan itu mendengar apa yang kita bicarakan, jika dia merasa tidak senang maka itu adalah perbuatan ghibah.

2. Setelah mengetahui haramnya ghibah maka berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhinya yaitu dengan menyeleksi apa yang akan kita katakan. Apabila kita ketahui apa yang akan kita katakan itu tergolong ghibah, maka harus ditahan untuk mengatakannya. Atau apabila kita kemudian menyadari apa yang terlanjur kita katakan itu adalah ghibah karena khilaf tidak sengaja, maka sesegera mungkin bertobat (beristighfar) dan bertekad lagi untuk lebih hati-hati dalam berbicara.

3. Menelaah, merenungkan, dan meyakinkan diri sendiri bahwa dengan membicarakan kejelekan orang lain sebetulnya itu sama sekali tidak akan menambah derajat kita. Justru orang yang sering berbuat ghibah akan mudah untuk tidak dipercaya orang lain, dan hatinya pun tidak akan tenteram.

4. Menyadari bahwa seseorang yang kita bicarakan kejelekannya itu sebenarnya adalah saudara kita sendiri, bukan musuh yang harus dihujat atau pun dicela. Sekiranya seseorang tersebut melakukan perbuatan tercela atau yang kurang berakhlak maka sesungguhnya dia belum mengetahui tentang ilmu, maka kita seyogyanya ikut menunjukinya kepada jalan yang lurus bukannya malah menggunjingnya.

5. Jika kita diajak membicarakan kejelekan orang lain oleh seseorang maka kita harus menyadari bahwa ada dua kemungkinan tentang orang yang menggunjing, pertama karena dia belum tahu haramnya ghibah menurut Islam atau kemungkinan kedua yaitu dia sedang khilaf tanpa sengaja telah menggunjing. Maka berusahalah untuk menghentikannya secara ma’ruf tanpa menyinggung perasaannya


Itulah beberapa hal yang dapat saya sampaikan, bahwa sesungguhnya ghibah itu dilarang dan merupakan salah satu penyakit hati yang kita harus bisa berusaha untuk menyembuhkannya. Utamanya nasihat ini saya tujukan kepada diri saya sendiri dan juga kepada seluruh kaum muslimin supaya kita bisa saling mengingatkan untuk beramar ma’ruf nahi munkar, mengajak kepada kebaikan dan meninggalkan kemunkaran.


Ahirnya, kita memohon kepada Allah Azza wajalla ; Mudah-mudahan Allah berkenan mensucikan kita dari dosa-dosa ghibah yang mungkin pernah kita lakukan, membersihkan diri kita dari segala aib, Dan semoga Allah menanamkan ketaqwaan di dalam hati setiap anggota masyarakat kita sehingga pada ahirnya tercipta kehidupan masyarakat yang harmonis , yang di berkahi oleh Allah Azza wajall, Amin..

MENJAGA IBADAH

Saturday 23 February 2013


Ini adalah kisah yang di paparkan oleh ustadz Boby Herwibowo. Ini mengingatkan saya saat beliau menjadi menjadi salah satu pembimbing ( lainnya adalah ustadz Bukhory usup) ketika  kami umrah tahun 2010 lalu . Kisah ini juga di muat di Eramuslim.com. Begini kisahnya. Seorang pengusaha nan shalih bernama Kajiman –bukan nama asli-, malam itu sedang menginap di sebuah hotel berbintang lima di kawasan Simpang Lima Semarang. Usai melakukanqiyamul-lail ia bergegas ke luar hotel untuk mencari masjid terdekat dan shalat Shubuh berjamaah di sana. Waktu di jam tangan Kajiman menunjukkan bahwa waktu adzan Shubuh kira-kira setengah jam ke depan.
Begitu keluar dari lobby hotel, Kajiman pun memanggil seorang tukang becak yang sedang mangkal lalu  ia naik ke atas becak.
“Mau diantar kemana, Pak?” tanya tukang becak bernama Ibnu. Begitu ditanya, Kajiman menjawab, “Antar saya keliling kota Semarang saja, Pak!” Ia menjawab sedemikian karena ia tahu bahwa waktu Shubuh masih jauh tersisa.
Maka Ibnu sang tukang becak mengantarkan Kajiman berkeliling Simpang Lima sebagai pusat kota Semarang.
Kira-kira belasan menit sudah Ibnu mengayuhkan pedal becak mengantarkan Kajiman yang hendak melihat panorama kota Semarang saat pagi menjelang. Beberapa jalan sudah mereka susuri berdua. Lalu sayup-sayup terdengar suara tarhim dari sebuah corong menara masjid di sana.
Ya Arhamar Rahimiin, Irhamnaa…. Ya Arhamar Rahimiin, Irhamnaa….!”
Suara tarhim itu mengisyaratkan kepada warga kota Semarang bahwa waktu shubuh sebentar lagi akan menjelang.
Sejurus itu Ibnu berkata santun kepada penumpangnya, “Mohon maaf ya pak, boleh tidak bapak saya pindahkan ke becak lain??” Kajiman membalas, “Memangnya bapak mau kemana?” “Mohon maaf pak, saya mau pergi ke masjid!” jawab Ibnu.
Terus terang Kajiman kagum atas jawaban Ibnu sang tukang becak, namun ia ingin mencari alasan mengapa Ibnu sedemikian hebat kemauannya hingga ingin pergi ke masjid. “Kenapa harus pergi ke masjid pak Ibnu?” tanya Kajiman. Ibnu dengan polos menjawab, “Saya sudah lama bertekad untuk mengumandangkan adzan di masjid agar orang-orang bangun dan melaksanakan shalat Shubuh. Sayang khan Pak kalau kita tidak shalat Shubuh” jelas Ibnu singkat.
Jawaban ini semakin membuat Kajiman bertambah kagum atas ketaatan Ibnu. Namun Kajiman belum puas sehingga ia melontarkan pertanyaan yang menggoyah keimanan Ibnu. “Pak, bagaimana kalau pak Ibnu tidak usah ke masjid tapi pak Ibnu temani saya keliling kota dan saya akan membayar Rp 500 ribu sebagai imbalannya!”
Dengan santun Ibnu membalas tawaran itu, “Mohon maaf pak, bukannya menolak…. namun guru saya pernah mengajarkan bahwa shalat sunnah Fajar itu lebih mahal daripada dunia beserta isinya!”
Deggg….! dinding hati Kajiman bergemuruh mendapati jawaban hebat dari seorang pengayuh becak seperti Ibnu. Ia begitu takjub atas ketaatan Ibnu kepada Tuhannya. Amat jarang menurut Kajiman manusia sekarang yang memiliki prinsip hidup seperti Ibnu.
Bahkan Kajiman pun memberikan tawaran dua kali lipat dari semula, tetap saja Ibnu menolaknya. Kekaguman pun membawa Kajiman menyadari bahwa ada pelajaran besar yang sedang ia dapati dari seorang guru kehidupan bernama Ibnu pagi itu.

“Dua rakaat Fajar (qabliyah Shubuh) lebih baik daripada dunia beserta isinya.” (Muhammad Saw)

Ibnu dan Kajiman pun tiba di salah satu masjid, rumah Allah. Lampu-lampu masjid belum menyala. Mereka berdualah orang-orang pertama yang membuka gerbang dan pintu masjid. Ibnu menyalakan lampu-lampu dan ia pun mengumandangkan adzan saat waktu Shubuh tiba.
Dalam alunan suara merdu Ibnu mengumandangkan adzan, hati Kajiman semakin hebat berguncang. Dia berkata kepada Tuhannya, “Ya Allah, betapa ummat dan bangsa ini amat membutuhkan manusia-manusia hebat seperti Ibnu… Rezekikan kepada kami para pemimpin bangsa dan hamba-hamba yang senantiasa kuat beriman dan selalu merasa takut kepada-Mu…. sehingga tiada lagi yang kami cari untuk hidup di dunia ini selain keridhaan dan surga-Mu.”
Shalat Shubuh pun didirikan di masjid tersebut, termasuk dalam shaf barisan hamba Allah pagi itu adalah Kajiman dan Ibnu.
Kajiman begitu mensyukuri pelajaran berharga yang Allah berikan untuknya di pagi itu. Usai shalat, Kajiman masih melanjutkan ibadahnya dengan dzikir dan bermunajat kepada Tuhannya Yang Maha Pemurah. Namun lagi-lagi terbayang di benaknya sosok hebat Ibnu sang Tukang Becak. Entah mengapa dirasakan oleh Kajiman bahwa Allah menginginkan dirinya membantu Ibnu untuk hadir ke Baitullah berhaji di tahun ini. Doa di pagi itu sungguh membuat Kajiman terasa amat dekat dengan Tuhannya. Hingga badannya berguncang dan air mata pun mengalir deras di pipinya. Tak kuasa ia membendung gelombang arus rahmat dari Tuhannya.
Usai puas berdoa, Kajiman pun menurunkan kedua tangannya yang tadi terangkat. Terdengar oleh telinganya sapaan lembut pak Ibnu yang berkata, “Mari pak kita teruskan perjalanan keliling kota Semarang….!”
Kajiman lalu menoleh ke arah sumber suara. Ia berdiri dan menghampiri tubuh Ibnu. Ia gamit tangan Ibnu untuk berjabat lalu memeluk tubuhnya dengan erat. Sementara Ibnu belum mengerti apa maksud perbuatan yang dilakukan Kajiman.
Dalam pelukan itu Kajiman membisikkan kalimat ke telinga Ibnu, “Mohon pak Ibnu tidak menolak tawaran saya kali ini. Dalam doa munajat kepada Allah tadi saya sudah bernazar untuk memberangkatkan pak Ibnu berhaji tahun ini ke Baitullah…., Mohon bapak jangan menolak tawaran saya ini. Mohon jangan ditolak!!!”
Subhanallah…. bagai kilat dan guntur yang menyambar menggoncang bumi. Betapa hati Ibnu teramat kaget mendengar penuturan Kajiman yang baru saja dikenalnya. Kini Ibnu pun mengeratkan pelukan ke tubuh Kajiman dan ia berkata, “Subhanallah walhamdulillah…. terima kasih ya Allah…. terima kasih pak Kajiman…..!”
Untuk kali ini, Ibnu tiada menolak tawaran Kajiman!

Labbaikallahumma Labbaik….. Labbaika Laa Syarika Laka Labbaik
Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah… Aku penuhi panggilan-Mu

Haji adalah memenuhi panggilan Allah Swt sekali seumur hidup. Bagaimana mungkin seorang manusia memenuhi panggilan Allah yang agung ini, bila dalam sehari Allah Swt memanggilnya hingga lima kali, namun ia tiada mengindahkan.
Ibnu sungguh pantas mendapat hadiah penghargaan dari Allah Swt.

ISTERI MENOLAK AJAKAN SUAMI UNTUK BERHUBUNGAN

Wednesday 13 February 2013

Apakah berdosa bila seorang istri menolak ajakan suami untuk ber-jima’ karena istri sedang capek dan mengantuk? Penyebabnya kelelahan itu adalah karena suami terlalu sering mengajak ber-jima’ sehingga memforsir tenaga istri.
artikel kali ini agak hot ya....
pembaca , suami yang selalu mengajak istrinya untuk berhubungan menunjukkan bahwa dia sayang kepada istrinya. Kebutuhan suami terhadap istri memang sangat besar, sehingga hendaknya Saudari menyadari hal itu.
Apalagi, wanita yang usianya masih muda setiap bulannya ada waktu haid, dan setelah melahirkan pun sang wanita membutuhkan “cuti” dari suaminya selama kurang lebih 40 hari karena syariat Islam melarang suami menggauli istrinya dalam kondisi tersebut. Belum lagi bila istri sakit atau ada uzur lain, dan juga suami yang sering keluar rumah karena mencari nafkah dan sebab-sebab yang lainnya.
Jika Saudari menolak permintaannya karena capek atau mengantuk, sedangkan suami hanya punya satu istri, maka kesalahan ada di pihak isri, karena suami tidak boleh melampiaskan kesenangannya kecuali kepada istri atau budaknya, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Mukminun ayat 6.
Selanjutnya, bagaimana seharusnya istri bila diajak oleh suaminya? Perhatikan hadits di bawah ini.
Dari Thalqu bin Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا الرَّجُلُ دَعَا زَوْجَتَهُ فَلْتَأْتِهِ وَ إِنْ كَانَتْ عَلَى التَّنُّوْرِ
“Apabila seorang suami mengajak istrinya untuk berkumpul hendaknya wanita itu mendatanginya sekalipun dia berada di dapur.” (HR. Tirmidzi: 4/387; dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: 2/199)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُوْمَ وَ زَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
“Tidak halal bagi wanita untuk berpuasa (sunnah) sedangkan suaminya berada di rumah, kecuali dengan izinnya.” (HR. Bukhari: 16/199)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ اِمْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا اَلْمَلآئِكَةُ حَتىَّ تُصْبِحَ
“Apabila suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya lalu istri enggan sehingga suami marah pada malam harinya, malaikat melaknat sang istri sampai waktu subuh.” (HR. Bukhari: 11/14)







NABI TIDAK SUKA MENGOBROL SETELAH SHALAT ISYA'

Thursday 7 February 2013
Bergadang jangan bergadang, kalau tiada artinya
Bergadang boleh saja, kalau ada perlunya  (begitu kata bang haji Rhoma Irama)

Bagi yang suka bergadang, ngobrol ngalor ngidul ora ono jluntrunge , apalagi disertai dengan permainan yang dapat melalaikan dari mengingat Allah SWT..., simaklah hadits berikut .

Rasullah SAW bersabda :

صحيح البخاري (2/ 410)
عَنْ أَبِي بَرْزَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا

Dari Abu Barzah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak suka tidur sebelum shalat ''Isya' dan berbincang-bincang setelahnya."
 (H.R. Bukhari)

Hadis ini  cukup lugas menunjukkan ketidaksukaan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengobrol dan berbicara setelah shalat 'Isya'. Maknanya, Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ lebih menyukai langsung tidur setelah shalat 'Isya'. Riwayat-riwayat lain yang semakna;

سنن ابن ماجه (2/ 396)
 عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا نَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَلَا سَمَرَ بَعْدَهَا

Dari Aisyah ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak tidur sebelum 'Isya' dan tidak berbincang-bincang setelahnya." 
(H.R. Ibnu Majah)

سنن ابن ماجه (2/ 397)
 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ جَدَبَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّمَرَ بَعْدَ الْعِشَاءِ يَعْنِي زَجَرَنَا

Dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang kami berbincang-bincang setelah 'Isya', yakni melarang dengan peringatan kepada kami."
 (H.R.Ibnu Majah)

سنن الترمذى - مكنز (1/ 297، بترقيم الشاملة آليا)
عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ سَمَرَ إِلاَّ لِمُصَلٍّ أَوْ مُسَافِرٍ ».

Dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidak ada obrolan (setelah shalat 'Isya'`) kecuali bagi orang yang sedang shalat atau orang yang bepergian." (H.R. At-Tirmidzi)

Diantara hikmahnya, langsung tidur setelah shalat 'Isya' akan membuat seorang muslim akan bisa shalat malam dan bermunajat kepada Robbnya. Terlebih lagi, orang yang langsung tidur setelah shalat 'Isya' bermakna menutup amalnya di malam hari dengan shalat, yakni amal shalih ketaatan, bukan dengan perbuatan mubah yang sia-sia.

Hanya saja, kemakruhan mengobrol setelah shalat 'Isya' ini berlaku pada obrolan-obrolan yang tidak bernilai manfaat (apalagi obrolan maksiat). Jika obrolan/pembicaraan itu bernilai amal shalih dan manfaat, maka hal tersebut tidak mengapa. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah riwayat yang menunjukkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah begadang di rumah Abu bakar bersama umar untuk membicarakan urusan kaum muslimin. Ahmad meriwayatkan;

مسند أحمد (1/ 311)
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْمُرُ عِنْدَ أَبِي بَكْرٍ اللَّيْلَةَ كَذَلِكَ فِي الْأَمْرِ مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ وَأَنَا مَعَهُ

Dari Umar, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bermusyawarah semalaman dengan Abu Bakar tentang urusan kaum muslimin, dan aku bersamanya." 
(H.R. Ahmad)

Riwayat At-Tirmidzi berbunyi;

سنن الترمذى - مكنز (1/ 297، بترقيم الشاملة آليا)
 عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَسْمُرُ مَعَ أَبِى بَكْرٍ فِى الأَمْرِ مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ وَأَنَا مَعَهُمَا.

Dari Umar bin Al Khaththab ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah begadang  dengan Abu Bakar dalam permasalahan kaum muslimin, sedang aku bersama keduanya." (H.R. At-Tirmidzi)

Dari riwayat yang menujukkan perbuatan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ini, bisa difahami bahwa yang dimaksud riwayat ketidaksukaan mengobrol setelah shalat 'Isya' adalah jika obrolan tersebut tidak ada kepentingan/maslahat bagi orang yang melakukannya. Artinya, obrolan tersebut termasuk obrolan Laghwun (sia-sia meskipun tidak dosa). Adapun jika obrolan yang mengandung manfaat, maka hal tersebut tidak mengapa. Asy Syaukani berkata;

نيل الأوطار (1/ 417)
طريقة الجمع بينها بأن توجه أحاديث المنع إلى الكلام الذي ليس فيه فائدة تعود على صاحبه وأحاديث الجواز إلى ما فيه فائدة تعود على المتكلم

Metode mengkompromikan diantara keduanya (hadis-hadis yang melarang obrolan setelah shalat 'Isya' dan yang membolehkan) adalah  dengan menyimpulkan bahwa hadis-hadis larangan yang dimaksud adalah pembicaraan yang tidak ada manfaat bagi pelaku. Adapun hadis-hadis yang membolehkan difahami bahwa hal tersebut berlaku pada pembicaraan yang memberi manfaat bagi penutur (Nail Al-Author, vol 1, hlm 417)

masih hoby bergadang untuk hal-hal yang tidak bermanfaat....? terlalu...(begitu kata bang haji)

waallahu a'lambissowab.

MENGHAJAR SETAN

Thursday 31 January 2013

Kalau sebelumnya saya pernah tayangkan tulisan tetang tips mengusir setan, sekarang saya akan tulis bagaimana menghajar setan.

Hidup yang tengah kita jalani ini didominasi oleh pertarungan sengit antara setan dan manusia. Pertarungan ini telah dan akan terus berlangsung hinga hari kiamat. Karena setan memang sudah diberi otoritas oleh Allah untuk mencari teman sebanyak-banyaknya dari
golongan manusia. Oleh karena itu, sebagai manusia kita mesti tahu, trik apa yang sering digunakan oleh setan dan bagaimana cara menangulanginya.

Cara yang paling cepat untuk mengetahui hal itu semua adalah melalui Al Quran. Karena ia adalah petunjuk yang tak pernah usang. Petunjuk yang tak mungkin menyesatkan. Petunjuk yang sudah digaransi oleh Allah dan Rasulullah kevalidannya. Siapa yang mengikuti Al Quran, maka ia selamat. Begitupun sebaliknya. Asalkan, tidak salah tafsir!
Ada tiga poin utama terkait cara setan menggoda kita. Pertama adalah jenis godaan. Dikatakan bahwa setan itu membisikkan kejahatan secara tersembunyi. Kedua, terkait cara. Yaitu membisikkan godaan ke dalam hati manusia. Sedangkan yang ketiga terkait pelaku, dari golongan jin dan manusia.
Dari ketiga poin ini, kita bisa memahami bahwa tipu daya setan ini sangatlah halus dan memperdayakan. Disamping dibisikkan secara sembunyi-sembunyi, ia juga langsung tertuju kepada hati yang tak kasat mata. Apalagi setelah mengetahui bahwa pelakunya berasal dari jenis jin yang tak terlihat juga dari manusia yang setiap saat berada di sekitar kita.
Ibarat peperangan, kita telah dikepung dengan sebuah strategi perang musuh yang sangat canggih. Jika ditembak dengan pistol atau rudal, kita pasti bisa menghindar. Karena mata kita bisa melihat dengan jelas alat itu. Jika diserang di kaki, kepala atau anggota tubuh lain, maka kita juga bisa menghindar karena mata bisa melihatnya. Begitupun jika yang melakukan serangan ‘hanya’ manusia saja. Sayangnya, serangan ini berasal dari berbagai sisi dari manusia yang tampak dan jin yang tak tampak. Maka, kemungkinan untuk menang perang itu sangatlah kecil.
Lantas, apa yang harus kita lakukan agar bisa terhindar dari serangan dahsyat yang tersembunyi itu?
Sederhananya begini. Jika dalam sebuah perjalanan kita melewati sebuah rumah yang dijaga oleh anjing galak. Kemudian anjing tersebut menggongong ke arah kita dan hendak menyerang. Apa yang akan kita lakukan agar aman dari kejahatan anjing tersebut? Berlari cepat sambil mencari batu untuk melempar si anjing? Mencari pohon untuk dipanjat? Atau?
Yang paling tepat adalah meminta kepada pemilik anjing agar meghindarkan anjingnya dari diri kita. Dengan demikian, kita tak perlu repot-repot berlari kencang atau mencari batu untuk menimpuki si anjing. Jadi, hanya dengan minta tolong ke pemilik anjing itulah, kita akan dengan mudah terbebas dari kejahatan anjing.
Begitupun. Jika anjing adalah setan. Maka yang harus kita lakukan adalah meminta perlindugan Allah sebagai pemilik dan pencipta segala sesuatu dari jahatnya setan dan tipu dayanya itu. Apalagi, Allah adalah Robb -Penguasa dan Pemelihara-, Malik atau Raja dan Ilah atau sesembahan. Hanya dengan meminta perlindungan Allahlah, kita bisa aman dari godaan setan yang sangat dahsyat itu.
Caranya? Dengan tiga hal pula. Pertama adalah Iman. Ia berfungsi sebagai perisai. Kedua adalah Dzikir sebagai bekal. Dan terakhir Isti’adzah (meminta perlindungan) sebagai senjata. Jika tiga hal ini dilakukan, insya Allah kita akan terbebas dari gangguan setan dalam berbagai jenisnya.
Rasul bersabda, “Setan itu berada dalam hati setiap anak adam. Jika mereka mengingat Allah Ta’ala, maka setan akan bersembunyi. Jika mereka melupakan Allah maka setan akan membisiki.”(HR Bukhari diriwayatkan secara Mu’allaq)
Ketika kita melakukan tiga hal tersebut, setan akan kabur dan kembali ke tempatnya semula. Maka yang terbaik adalah selalu mengingat Allah dengan meminta perlindungan diri. Karena mengingat Allah merupakan bentuk ketergantungan kita kepada Yang Maha Kuat. Dimana tak ada lagi kekuatan lain yang lebih kuat dariNya.
Sedangkan salah satu senjata isti’adzah adalah dengan senantiasa membaca dan mentadabburi surah an-Naas. Surah terakhir dalam al-Qur’an. Semoga bermnafaat. Semoga Allah melindungi kita dari setan dan bala tentaranya. Aamiin.
# Sebuah penulisan ulang dari Tafsir Surah An Naas dalam Fi Dzilalil Qur’an – Sayyid Quthb

9 CIRI DUKUN BERBAJU ULAMA


Dukun akan mengunakan semua cara untuk memperdaya paseinnya, terutama yang sangat awam pengetahuan Syariat Islam, bahkan kalau perlu mengunakan gelar kehormatan ulama, seperti Kiyai, Ustadz, Habib, dan sebagainya. .Menurut Ustadz Arifin Ilham, sedikitnya ada 9 ciri untuk mengetahui apakah seseorang yang mengaku ustadz, habib, atau ulama, merupakan dukun atau bukan.Untuk itu kenalilah dukun berbaju mulia ini, diantaranya:

1. Tidak mengunakan nama aslinya, tetapi nama yang dikesankan ada “kedigjayaan”

Inilah ciri khas para dukun dan paranormal. Mereka sangat suka menggelari diri mereka dengan sebutan-sebutan aneh dan menyiratkan kesaktian. Para dukun juga menggelari mereka sendiri dengan julukan ‘Ki’ contoh : Ki Gendeng Pamungkas, Ki Joko Bodo, dan lain-lain. Yang bergelar ‘ustadz’ pun tidak sedikit, padahal nama aslinya bisa jadi adalah ‘Muhammad Susilo Wibowo’

2. Hobbi sekali memamerkan kesaktiaannya

Salah satu contoh yang sering muncul di TVRI dan JakTV adalah ‘Ustadz Fulan’ yang suka memamerkan kesaktiannya, yakni tidak mempan disayat dengan pedang atau alat tajam lainnya. Juga para dukun dan paranormal lainnya suka mendemonstrasikan kesaktian, seperti atraksi kekebalan, debus, tenaga dalam, dan lain-lain.

3. Ilmu Syariat agamanya tidak mumpuni

Dukun yang berkedok ustadz selalu membawa ciri khas dukun, yaitu sama sekali kurang dalam dalil baik dari Al-Qur’an dan sunnah. Dakwahnya mengajak pada kesyirikan dan kesesatan.

4. Memanfaat para tokoh untuk melegalisir prakteknya, yang sebenarnya tokoh tersebut belum tahu persis praktek tersembunyinya karena sang dukun menampilkan kesan seakan seusai “syariat”

‘Ustadz Fulan’ yang sering muncul di TVRI dan JakTV, misalnya, sering mengundang ustadz-ustadz selebritis seperti Ustadz Jefri Al Bukhori, Ustadz Solmed, dan lainnya untuk duduk bersama pada acara mengiklankan pengobatan padepokannya.

5. Prakteknya ikhtilaath  menjamah bukan mahramnya

Peruqyah syar’i sangat anti menyentuh secara langsung pasiennya, jikapun harus memakai sarung tangan itupun untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Sedangkan ‘Ustadz Fulan yang sering muncul di TV, sangat suka menyentuh non mahram hingga bersentuhan kulit. Dan di padepokannya terlihat berikhtilat bercampur baur antara laki-laki dan perempuan tidak dipisah sama sekali.

6. Berani bayar media untuk promosinya

Sebagian orang menyangka stasiun televisi yang menanyangkan acara ustad-ustadz dukun tersebut yang mengundang sang ustadz. Jangan dikira kemunculan itu gratis dan dibayar! Justru dukun berbaju ustadz inilah yang membayar TV agar bisa tampil promosi pengobatan perdukunannya.

7. Dengan bahasa mahar, infak, namun jelas tarifnya “wah”, disertai ancaman kalau tidak segera diobati akan mati, kalau tidak segera ditransfer doanya tidak sampai, penyakit tidak sembuh, dan sebagainya

Ciri khas dukun ialah sangat suka menakut-nakuti pasiennya bahwa sakitnya berat, maka pengobatannya lama dan harus bayar mahar yang tinggi sampai puluhan juta mengalahkan pengobatan kedokteran. Ustadz Fulan  yang sering muncul di TV suka mengancam pasiennya jika tidak melunasi hutangnya maka penyakitnya tidak sembuh dan tidak akan didoakan oleh dia.

8. Disertai aksi tipudaya menakuti seperti bekam darahnya ada cacingnya, rumah ada hantunya, kena santet, dan sebagainya.

Dukun sangat suka menipu, setiap ada pasien yang datang selalu dikatakan kena santet dan pasti akan keluar benda-benda aneh dari dalam telur atau ketika dibekam yang semuanya itu cuma trik sulap belaka.

9. Memberi azimat atau amalan yang tidak berdasar

Ciri khas dukun yaitu memberi azimat, termasuk dalam hal ini Ustadz Fulan  yang sering muncul di TV memberi azimat pada pasiennya, atau menggunakan media azimat ketika mengobati.

TIPS MENGUSIR SETAN DARI RUMAH

Wednesday 30 January 2013

Apabila di rumah anda sering terjadi pertengkaran dan percekcokan serta perselisihan, maka bisa jadi di rumah anda di huni oleh setan. jika demikian maka, ada dua tindakan yang bisa Anda lakukan; 
Pertama, pengusiran
Maksud kami adalah mengusir setan itu dengan segera.
Cara yang paling efektif dalam hal ini adalah membacakan surat Al-Baqarah, satu surat penuh. Ini berdasarkan hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لا تجعلوا بيوتكم مقابر، إن الشيطان ينفر من البيت الذي تقرأ فيه سورة البقرة
Jangan kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.” (HR. Muslim 780, At-Turmudzi 2877)
Sahabat Ibnu Mas’ud mengatakan:
إِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا سَمِعَ سُورَةَ الْبَقَرَةِ تُقْرَأُ فِي بَيْتٍ، خَرَجَ مِنْهُ
“Sesungguhnya setan, apabila mendengar surat Al-Baqarah dibacakan dalam rumah, maka dia akan keluar dari rumah itu.” (HR. Ad-Darimi 3422, At-thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir 8642).
Hanya 3 hari?
Terdapat keterangan bahwa setan meninggalkan rumah itu selama 3 hari. Ini berdasarkan hadis dari Sahl bin Sa’d radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْبَقَرَةِ فِي بَيْتِهِ لَيْلًا لَمْ يَدْخُلِ الشَّيْطَانُ بَيْتَهُ ثَلَاثَ لَيَالٍ
“Siapa yang membaca surat Al-Baqarah di malam hari maka setan tidak akan memasuki rumahnya selama tiga hari..” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya 780).
Hanya saja, keterangan tambahan tiga hari dalam riwayat tersebut dinilai lemah oleh al-Albani, sebagaimana keterangan beliau di Silsilah Ad-Dhaifah no. 1349.

Hanya Setan yang Mengganggu

Setan yang lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah adalah setan yang mengganggu secara zahir. Sebagaimana keterangan yang dinukil Ibnu Hibban, dari Imam Abu Hatim:
قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَمْ يَدْخُلِ الشَّيْطَانُ بَيْتَهُ»، أَرَادَ بِهِ مَرَدَةَ الشَّيَاطِينِ دُونَ غَيْرِهِمْ
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “setan tidak akan memasuki rumahnya” maksudnya adalah setan yang membangkang (mengganggu) bukan yang lainnya. (Shahih Ibnu Hibban, 3:59)
Siapa yang Membaca?
Siapa saja, tidak harus tuan rumah. Lebih-lebih, jika tuan rumah sendiri tidak bisa membaca Alquran. Karena lafal dalam hadis: “yang dibacakan surat Al-Baqarah” dengan bentuk kalimat pasif. Artinya siapapun yang membaca, selama dilakukan di dalam rumah, telah memenuhi syarat untuk mengusir setan.
Hanya saja tidak boleh menggunakan rekaman Mp3 atau sejenisnya. Karena membaca butuh niat, dan audio player atau komputer tidak bisa berniat.
Kedua, tindakan pencegahan
Tindakan ini merupakan upaya berkelanjutan selama menempati rumah tersebut. Karena berkelanjutan, upaya ini hanya bisa dilakukan oleh tuan rumah atau orang yang menempatinya. Dia tidak lagi bisa bergantung atau meminta bantuan orang lain. Karena itu, upaya ini lebih menekankan pada mental keagamaan penghuni rumah.
Ada beberapa rutinitas yang selayaknya dilakukan, agar rumah kita selalu dijauhi setan yang suka mengganggu:
1. Rajin baca Alquran dan ibadah apapun di dalam rumah.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لا تجعلوا بيوتكم مقابر، إن الشيطان ينفر من البيت الذي تقرأ فيه سورة البقرة
“Jangan kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.” (HR. Muslim 780, At-Turmudzi 2877)
Dalam hadis ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam men-kontras-kan antara rumah dengan kuburan. Beliau memerintahkan agar rumah kita tidak dijadikan seperti kuburan. Salah satu sifat yang mencolok dari kuburan adalah itu bukan tempat ibadah. Agar rumah kita tidak seperi kuburan yang bisa jadi banyak setan pengganggu, gunakan rumah kita untuk ibadah.
Hadis ini sekaligus menuntut Anda yang belum bisa membaca Alquran agar segera dan serius dalam belajar Alquran. Untuk menjadikan rumah Anda sebagai taman bacaan Alquran, tidak mungkin setiap hari Anda harus mengundang orang lain.
Dalam hadis dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اجْعَلُوا فِي بُيُوتِكُمْ مِنْ صَلاَتِكُمْ وَلاَ تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا
Jadikanlah bagian shalat kalian di rumah kalian. Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan.” (HR. Bukhari 432, Muslim 777, dan yang lainnya).
Maksud shalat di sini adalah shalat sunah yang dikerjakan sendiri dan tidak berjamaah. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis:
إِنَّ أَفْضَلَ صَلاَةِ المَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الصَّلاَةَ المَكْتُوبَةَ
Susungguhnya shalat seseorang yang paling utama adalah shalat yang dikerjakan di rumahnya, kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari 7290 dan yang lainnya).
2. Jangan pedulikan segala bentuk gangguan.
Sikap cuek, tidak peduli, ternyata menjadi cara ampuh untuk mengusir setan. Setan sebagaimana manusia, ketika dia mengganggu, kemudian tidak digubris, bisa jadi dia akan bosan untuk mengganggu Anda.
Berbeda ketika Anda merasa ada yang mengganggu, kemudian Anda cari-cari di mana tempatnya, atau bahkan Anda ajak bicara, atau Anda siram dengan garam dan semacamnya, dia akan semakin menjadi-jadi dalam menggoda Anda.
Dari Abul Malih dari seseorang, dia berkata, “Aku pernah diboncengi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu tunggangan yang kami naiki tergelincir. Aku pun mengatakan, “Celakalah setan”. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang,
لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ
Janganlah kamu ucapkan ‘celakalah setan”, karena jika kamu mengucapkan demikian, setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan pun dengan sombongnya mengatakan, ‘Itu semua terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi,  ucapkanlah “Bismillah”. Jika engkau mengatakan seperti ini, setan akan semakin kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat.” (HR. Ahmad 5:95 dan Abu Daud 4982 dan dishahihkan al-Albani)
Ketika Anda mendengar atau melihat ada sesuatu yang mengganggu, jangan diajak bicara, tapi mintalah perlindungan kepada Allah dan berdoa kepada-Nya.
3. Baca doa ketika masuk rumah
Hal kecil yang mungkin perlu dibiasakan adalah memulai segala yang penting dengan doa atau dzikir. Salah satunya, ketika kita masuk rumah. Meskipun kelihatanya remeh, namun hasilnya luar biasa.
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ، وَعِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ، وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يُذْكَرِ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ
Apabila ada orang yang masuk rumah, kemudian dia mengingat Allah ketika masuk, dan ketika makan, maka setan akan mengatakan (kepada temannya): ‘Tidak ada tempat menginap dan tidak ada makan malam.’ Tapi apabila dia tidak mengingat Allah (bismillah dan jangan lupa ucapkan salam) ketika masuk, maka setan mengatakan: ‘Kalian mendapatkan tempat menginap’.” (HR. Muslim 2018, Abu Daud 3765 dan yang lainnya)
Ada doa khusus ketika masuk rumah, akan tetapi doa ini dinilai dhaif oleh al-Albani. Karena itu, makna dzikir kepada Allah adalah membaca basmalah.
4. Baca doa ketika hendak makan
Membaca basmalah ketika hendak makan, menjadi penghalang setan untuk ikut makan bersama Anda. Hadis dari Jabir di atas menegaskan hal ini,
وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يُذْكَرِ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ، فَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ
Tapi apabila dia tidak mengingat Allah ketika masuk maka setan mengatakan: ‘Kalian mendapatkan tempat menginap’. Dan jika dia tidak mengingat Allah ketika makan maka setan akan mengatakan: ‘Kalian mendapatkan tempat menginap dan makan malam’.” (HR. Muslim 2018, Abu Daud 3765 dan yang lainnya)
5. Baca doa ketika tutup pintu
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan banyak saran agar kita tidak terganggu setan. Salah satunya:
وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا
Tutuplah pintu, dan sebutlah nama Allah. Karena setan tidak akan membuka pintu yang tertutup (yang disebut nama Allah).” (HR. Bukhari 3304, Muslim 2012 dan yang lainnya)
Sekali lagi, hanya dengan membaca: Bismillah..
6. Berdoa ketika keluar rumah
Satu doa ketika keluar rumah. Ringkas, mudah dihafal, tapi khasiatnya besar:
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
BISMILLAHI TAWAKKALTU ‘ALALLAAH, LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH
Dengan nama Allah aku bertawakkal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah.
Dalam hadis dinyatakan, siapa yang keluar rumah kemudian dia membaca doa di atas, maka disampaikan kepadanya: Kamu diberi petunjuk, dicukupi dan dilindungi. Maka setan kemudian berteriak:
كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ
Bagaimana kalian bisa mengganggu orang yang sudah diberi hidayah, dicukupi, dan dilindungi.” (HR. Abu Daud 5095, Turmudzi 3426 dan dishahihkan al-Albani)
7. Jauhkan rumah Anda dari gambar makhluk bernyawa
Siapa sangka, ternyata gambar makhluk bernyawa bisa membuat jin dan setan nakal itu semakin betah di rumah kita.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَنَّ المَلاَئِكَةَ لاَ تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ
Sesungguhnya malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada gambar.” (HR. Bukhari 3224, Nasai 5348 dan yang lainnya).
Ketika malaikat penebar rahmat tidak memasuki rumah Anda, di saat itulah makhluk lain, yang juga tidak kelihatan, akan menggantikan posisi mereka. Foto keluarga, gambar binatang dan seterusnya bisa jadi membuat rumah Anda makin indah bagi setan.
8. Jauhkan rumah Anda dari musik
Banyak orang tidak sadar, ternyata suara ini berbahaya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya mizmarus syaithan (musik setan). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan salah satunya, lonceng. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,
فِي الْجَرَسِ مِزْمَارُ الشَّيْطَانِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentang lonceng: musik setan. (HR. Abu Daud 2556)
Di kesempatan yang sama, malaikat penebar rahmat menghindari rumah yang dipenuhi denngan musik. Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَا تَصْحَبُ رُفْقَةً فِيهَا جَرَسٌ
Sesungguhnya malaikat tidak akan menyertai rombongan yang di sana ada loncengnya.” (HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, 1001).
Kita telah memahami, terjadi sikap kontradiktif antara malaikat penebar rahmat dengan setan pembangkang. Ketika salah satunya menghindar, di saat itulah satunya menggantikan.
Jadikan rumah Anda seperti taman-taman malaikat penebar rahmat, bukan tempat peristirahatan yang nyaman bagi setan. Hiasi rumah Anda dengan berbagai ketaatan dan amal shaleh. Agar yang menemani Anda juga makhluk yang sholeh. Hiasi rumah Anda dengan bacaan Alquran, shalat, kajian mengupas halal-haram, dan lantunan suara langit lainnya.
Allahu a’lam


 

Abiiklil Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger