KEUTAMAAN BULAN SYA'BAN

Sunday, 9 June 2013
Malam ini kita memasuki bulan Sya’ban 1434 H. Bulan Sya’ban yang terletak diantara bulan Rajab dan Ramadhan sering kali dilalaikan oleh banyak orang. Padahal, ada beberapa keutamaan bulan Sya’banyang semestinya dimanfaatkan dengan baik oleh kaum muslimin.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ
Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan. (HR. An-Nasa'i. "Hasan" menurut Al-Albani)

Berikut ini Keutamaan Bulan Sya’ban sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits Nabi :

1. Bulan Sya’ban bulan diangkatnya amal manusia

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam kelanjutan hadits di atas:

وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِي
Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam. (HR. An-Nasa'i dan Ahmad. "Hasan" menurut Al-Albani)

2. Nisfu Sya’ban

Keutamaan bulan Sya’ban yang kedua adalah pada pertengahannya. Inilah yang dikenal dengan istilah Nisfu Sya'ban. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda mengenai nisfu Sya'ban :

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
Sesungguhnya Allah memeriksa pada setiap malam nishfu Sya'ban. Lalu Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali yang berbuat syirik atau yang bertengkar dengan saudaranya. (HR Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Al-Albani)

3. Bulan disunnahkah Puasa Sya’ban

Dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya, Rasulullah paling banyak berpuasa di bulan Sya’ban. Ummul Mukminin Aisyah meriwayatkan kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini:

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berpuasa sunnah di satu bulan lebih banyak daripada bulan Sya'ban. Sungguh, beliau berpuasa penuh pada bulan Sya'ban. (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan dalam Fathul Bari bahwa dalam ungkapan bahasa Arab, seseorang bisa mengatakan "berpuasa sebulan penuh" padahal yang dimaksud adalah "berpuasa pada sebagian besar hari di bulan itu".

Sebenarnya, keutamaan bulan Sya’ban yang ketiga ini sangat terkait dengan keutamaan yang pertama. Yakni karena bulan Sya’ban merupakan bulan diangkatnya amal, Rasulullah ingin ketika amal beliau diangkat, beliau dalam keadaan berpuasa.

حَدَّثَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Usamah bin Zaid berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa di satu bulan melebihi puasamu di bulan Sya'ban." Rasulullah menjawab, "Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan. Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam. Karena itu aku ingin saat amalku diangkat kepada Allah, aku sedang berpuasa." (HR. An-Nasa'i. Al Albani berkata "hasan")

Demikian keutamaan bulan Sya’ban yang bersumber dari hadits shahih, minimal hasan. Adapun hadits riwayat Dailami yang menyebutkan bahwa Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulan Rasulullah dan Ramadhan adalah bulan umat Muhammad adalah hadits dhaif. Wallahu a’lam bish shawab. 

INGIN ALLAH MENAMBAH KEKUATANMU? INI CARANYA

Ulama mujahid di abad modern, Syaikh DR Abdullah Azzam, mengungkapkan hal yang membuat Allah menambah kekuatan seseorang. Kekuatan ini bukan hanya penting bagi para mujahid, tetapi juga bagi seluruh aktifis dakwah.

Berikut ini nasehat beliau di bawah judul “Dengan Apa Allah Menambah Kekuatan Seseorang” dalam buku “Tarbiyah Jihadiyah” :

Kekuatan jiwa hadir dalam diri seseorang melalui amal-amal shalih. Sebaliknya, kelemahan jiwa hadir melalui perbuatan jahat, maksiat dan perbuatan-perbuatan buruk. Oleh karena itu, Imam Ahmad menasehati orang yang penakut, “Jika hatimu sehat, pasti engkau takkan takut.” 

Jika hati seseorang sehat, ia tidak akan takut pada orang lain. Perbuatan buruk itu ibarat racun, ia melemahkan hati sebagaimana racun melemahkan perut dan usus. Sedangkan amal kebaikan itu seperti makanan, ia menghidupkan hati dan membuatnya bersinar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perumpamaan rumah yang selalu disebutkan nama Allah di dalamnya dengan rumah yang tak pernah disebutkan nama Allah laksana orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Bukhari)

“Janganlah engkau jadikan rumah-rumahmu seperti kuburan.” (HR. Muslim)

Menghidupkan rumah dalam hadits di atas adalah dengan amal-amal sunnah. Jangan jadikan rumah seperti kuburan yang sepi dari amal shalih.

Adapun kekuatan fisik, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan (Hud berkata), ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras untukmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS. Hud : 52)

Di dalam kitab Fawaid, Ibnu Qayyim Al Jauziyah menulis sebuah pasal yang menarik. Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa memandang sesuatu yang diharamkan akan melemahkan mata, mencuri akan melemahkan tangan, berjalan mendatangi hal-hal yang haram akan melemahkan kaki, dan memakan barang yang haram akan melemahkan fisik secara keseluruhan. Dan sesungguhnya, perbuatan baik akan menguatkan fisik.

Jadi, kekuatan fisik dan kekuatan hati datang dari amal. Sebaliknya, lemahnya fisik dan hati datang dari perbuatan-perbuatan yang menyelisihi kehendak Allah Azza wa Jalla.

INIKAH SAATNYA..?

Melihat kondisi zaman sekarang ini, banyak orang yang mengatakan zamane edan nek ora melu edan ora kumanan. Kebenaran dan kebathilan mulai kabur, sehingga susah untuk membedakan mana yang benar dan mana yang bathil. Kondisi zaman seperti ini sudah pernah di prediksi oleh Rasulullah SAW dalam beberapa sabdanya. Semua yang disabdakan Rasulullah SAW pasti dijamin benarnya, dan salah satu sabda Rasullah SAW adalah hadits berikut:
إِنَّكُمْ أَصْبَحْتُمْ فِي زَمَانٍ كَثِيْرٍ فُقَهَاؤُهُ، قَلِيْلٍ خُطَبَاؤُهُ، قَلِيْلٍ سُؤَّالُهُ، كَثِيْرٍ مُعْطُوهُ، الْعَمَلُ فِيْهِ خَيْرٌ مِنَ الْعِلْمِ. وَسَيَأْتِي زَمَانٌ قَلِيْلٌ فُقَهَاؤُهُ، كَثِيْرٌ خُطَبَاؤُهُ، كَثِيْرٌ سُؤَّالُهُ، قَلِيْلٌ مُعْطُوهُ،الْعِلْمُ فِيْهِ خَيْرٌمِنَ الْعَمَلِ.

“Sesungguhnya kalian hidup di zaman yang ulamanya banyak dan penceramahnya sedikit, sedikit yang minta-minta dan banyak yang memberi, beramal pada waktu itu lebih baik dari berilmu. Dan akan datang suatu zaman yang ulamanya sedikit dan penceramahnya banyak, peminta-minta banyak dan yang memberi sedikit, berilmu pada waktu itu lebih baik dari beramal”.

[HR Ath Thabrani No 3111 dalam mu’jam kabirnya dan dishahihkan oleh syaikh Al Bani dalam silsilah shahihah no 3189]

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang menipu, orang yang dusta dianggap jujur, orang yang jujur dianggap dusta, orang yang suka berkhianat diberikan amanah, dan orang yang amanah dianggap pengkhianat, dan akan berbicara Ruwaibidlah”. Dikatakan: “Apa itu Ruwaibidah ?” Ia berkata: “Orang bodoh berbicara dalam perkara yang berhubungan dengan keumuman manusia”.

[HR. Majah hadits ini Dishahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam silsilah shahihah no 1887.]

Semoga Allah menyelamatkan kita semua…

KUMPULAN STATUS FACEBOOK (bag 1)

Thursday, 16 May 2013
Berikut adalah kumpulan status facebook dari http://www.facebook.com/abi.iklil . diperbolehkan untuk disebarluaskan sebagai upaya dakwah mengajak kebaikan :


لو أن كل جاهل سكت ما حدث في الإسلام فتن

Sungguh andai tiap yang tak berilmu mau diam; takkan muncul fitnah-fitnah dalam Islam.
{'Ali, Rd'A}



لن نتعلم أبدا من شخص يوافقنا الرأي

Kita takkan pernah bisa belajar dari pribadi yang selalu menyetujui pandangan kita.


Insan terbaik; bicaranya tak banyak. Tapi jika ia bicara, terdiamlah orang banyak.

Manusia sama saat lahir; berbeda saat wafat. kesimpulan itu tiada di permulaan tetapi di ahir.

Lebih mudah menyelamatkan yang tercinta dari ancaman luarnya; dibanding jika bahaya itu ada di dalamnya. KPK tak terkecuali dari kaidah ini.

Di antara penyakit berbahaya adlaah INGIN DIANGGAP PENTING. karena ia akan menjilat ke atas, menyikut ke samping, & menginjak ke bawah.


Ingin tampak 'kaya' melebihi sejatinya; merusak 'amal & anggaran. 

Ingin terlihat 'pandai' melampaui aslinya; menyesatkan diri & insan.


أقل الناس في الدنيا راحة الحسود والحقود

Manusia yang paling sedikit istirahatnya di dunia adalah pendengki & pendendam.

-Imam Asy Syafi'i-


Binatang yang sejenis biasanya akan bergerak bersama, orang baik umumnya akan berteman dengan orang baik juga.


Taat itu nikmat & hangat nanti; walau kini gerah & sepi.


Selalu harus ada waktu tuk bersendiri; dengan mushhaf tergenggam jemari, airmata basahi pipi, & Allah terrindu dalam hati.
Taqwa itu di hati. Maka ia terbukti kala sendiri & sepi. Saat godaan menari-nari & diri merasa tiada yang mengawasi. Ya Rabbi, jagalah kami.


من نسي خطيئته استعظم خطيئة غيره

Siapa lupa pada kesalahannya sendiri; kesalahan orang lain akan jadi besar teramati.

-'Ali ibn Abi Thalib-


Manusia layaknya sebuah BUKU
Cover depan adalah tanggal lahir.
Cover belakang adalah tanggal kematian

Tiap lembarnya, adalah tiap hari dalam kehidupan dan apa yg kita lakukan.Ada buku yg tebal,ada pula yg tipis.

Ada buku yg menarik dibaca, ada juga yg sama sekali tidak menarik.Sekali tertulis, tidak akan pernah bisa di’edit’ lagi

Tapi hebatnya,seburuk apapun halaman sebelumnya, selalu tersedia halaman selanjutnya yg putih bersih, baru dan tiada cacat.

Tapi hebatnya,seburuk apapun halaman sebelumnya, selalu tersedia halaman selanjutnya yg putih bersih, baru dan tiada cacat.

Kita selalu diberi kesempatan baru untuk melakukan sesuatu yg benar dalam hidup kita setiap harinya.

Kita selalu bisa memperbaiki kesalahan kita dan melanjutkan alur cerita kedepannya sampai saat usia berakhir, yang sudah ditetapkanNYA.

Syukuri hari ini dan isilah halaman buku kehidupanmu dgn hal2 yg baik semata.
Dan, jangan pernah lupa, untuk selalu bertanya kepada Allah,

Tentang apa yang harus ditulis tiap harinya.Supaya pada saat halaman terakhir buku kehidupan kita selesai,

kita dapati diri ini sebagai pribadi yg berkenan kepadaNYA. Dan buku kehidupan itu layak untuk dijadikan teladan bagi generasi kita....

semoga bermanfaat

7 CARA OBATI HASAD / DENGKI

Friday, 10 May 2013


Seorang muslim yang hanif tentulah sadar bahwa penyakit hasad adalah penyakit yang harus diatasi mengingat bahaya yang ditimbulkannya teramat besar. Artikel ini secara singkat berusaha memberikan beberapa kiat untuk mengatasi penyakit hasad tersebut. Semoga bermanfaat

Obat yang paling pertama adalah mengakui bahwa hasad itu merupakan sebuah penyakit akut yang harus dihilangkan. Tanpa adanya pengakuan akan hal ini, seorang yang tertimpa penyakit hasad justru akan memelihara sifat hasad yang diidapnya. Dan pengakuan bahwa hasad adalah sebuah penyakit yang berbahaya tidak akan timbul kecuali dengan ilmu agama yang bermanfaat.
Ilmu yang bermanfaat, hal ini berarti bahwa seorang yang ingin mengobati hasad yang dideritanya harus memiliki pengetahuan atau ilmu, dan pengetahuan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu secara global dan secara terperinci.
Pertama, secara global, maksudnya dia mengetahui bahwa segala sesuatu telah ditentukan berdasarkan qadha dan qadar-Nya; segala sesuatu yang dikehendaki-Nya akan terjadi dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya, tidak akan terjadi. Demikian pula, dia menanamkan dalam dirinya bahwa rezeki yang telah ditetapkan dan diberikan Allah kepada para hamba-Nya, tidak akan berubah dan tertolak karena ketamakan dan kedengkian seseorang.

Kedua, secara terperinci, yakni dia mengetahui bahwa dengan memiliki sifat hasad, pada hakekatnya dia membiarkan sebuah kotoran berada di mata air keimanan yang dimilikinya, karena hasad merupakan bentuk penentangan terhadap ketetapan dan pembagian Allah kepada para hamba-Nya. Dengan demikian, hasad merupakan tindakan pengkhianatan kepada saudara-Nya sesama muslim dan dapat mewariskan siksa, kesedihan, kegalauan yang berkepanjangan. Demikian pula, hendaklah dia menanamkan kepada dirinya bahwa hasad justru akan membawa berbagai dampak negatif bagi dirinya sendiri, baik di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, orang yang dihasadi justru memperoleh keuntungan berupa limpahan pahala akibat hasad yang dimilikinya [Fatawa Syaikh Jibrin 11/69; Maktabah Asy Syamilah].

Jadi bagaimana bisa seorang berakal membiasakan dirinya untuk dengki (hasad) kepada orang lain?!

Muhammad ibnu Sirin rahimahullah mengatakan,

“Saya tidak pernah dengki kepada orang lain dalam perkara dunia, karena apabila dia ditetapkan sebagai ahli jannah, bagaimana bisa saya mendengkinya dalam perkara dunia, sementara dia berjalan menuju jannah. Sebaliknya, jika dia adalah ahli naar, bagaimana bisa saya dengki kepadanya dalam perkara dunia, sementara dia berjalan menuju naar” [Muktashar Minhajul Qashidin 177].

Dengan amal perbuatan yang bermanfaat, yaitu melakukan kebalikan dari perbuatan-perbuatan negatif yang muncul sebagai akibat dari sifat hasad [Fatawa Syaikh Jibrin 11/69; Maktabah Asy Syamilah]. Hal ini diisyaratkan Allah ta’ala dalam firman-Nya,
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (٣٤)

Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (Fushshilat: 34).

Jika sifat hasad mendorongnya untuk mencemarkan dan memfitnah orang yang didengkinya, maka ia harus memaksakan lidahnya untuk memberikan pujian kepada orang tersebut. Jika sifat hasad mendorongya untuk bersikap sombong, maka ia harus memaksa dirinya untuk bersikap tawadhu’ (rendah hati) kepada orang yang didengkinya, memuliakan, dan berbuat baik kepadanya. Jika di kali pertama dia bisa memaksa dirinya untuk melakukan berbagai hal tersebut, maka insya Allah selanjutnya dia akan terbiasa melakukannya, dan kemudian hal itu menjadi bagian dari karakternya.

Meneliti dan menelusuri sebab-sebab yang membuat dirinya menjadi dengki kepada orang lain, kemudian mengobatinya satu-persatu. Misalnya, sifat sombong diobati dengan sifat tawadhu‘ (rendah hati), penyakit haus kedudukan dan jabatan diobati dengan sifat zuhud, sifat tamak (rakus) diobati dengan sifat qana’ah dan berinfak, dst.
Di antara obat hasad yang paling mujarab adalah sebagaimana yang telah diterangkan Allah dalam firman-Nya,

وَلا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (٣٢)

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain, (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (An Nisa: 32).

Dalam ayat ini, Allah ta’ala melarang hamba-Nya iri (dengki) terhadap rezeki yang berada di tangan orang lain, dan Dia menunjukkan gantinya yang bermanfaat di dunia dan akhirat yaitu dengan memohon karunia-Nya karena hal tersebut terhitung sebagai ibadah dan merupakan perantara agar permintaannya dipenuhi apabila Allah menghendakinya [Fatawasy Syabakah Al Islamiyah 7/278; Maktabah Asy Syamilah].

Bersandar kepada Allah, bermunajat serta memohon kepada-Nya agar berkenan mengeluarkan penyakit yang kotor ini dari dalam hatinya.
Banyak mengingat mati. Abud Darda radhiallahu ‘anhu mengatakan,

من أكثر ذكر الموت قل فرحه وقل حسده

“Seorang yang memperbanyak mengingat mati, niscaya akan sedikit girangnya dan sedikit pula sifat hasadnya” [Hilyatul Auliya 1/220].


CEK KESEHATAN HATIMU...!


"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging itu rosak maka rosak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati." (HR. Bukhari-Muslim)

Untuk itu marilah kita kenali kesehatan kalbu kita dengan melihat kadar rasa takutnya kepada Allah, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ



“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati (kalbu) mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfaal: 2)



Bagaimana Menggetahui kalbu memiliki rasa takut kepada Allah?



Tentunya hal ini dengan melihat tanda-tandanya, diantaranya adalah:



  • Rasa gemetar pada tubuh dan rasa tenang pada kulit dan hati ketika mendengar Al-Qur’an, sebagaimana Allah berfirman: 



اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَا



“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu Al-Qur’an) yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.” (QS. Az-Zumar: 23)



  • Kekhusyu’an hati ketika berdzikir kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman:



أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ



“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadiid: 16)



  • Mendengarkan kebenaran dan tunduk terhadapnya, sebagaimana Allah berfirman:



وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ



“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati (kalbu) mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Hajj: 54)



  • Selalu kembali bertobat kepada Allah, Sebagaimana Allah berfirman:



مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ



“Yaitu orang yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati (kalbu) yang bertaubat.” (QS. Qaaf: 33)



  • Ketenangan dan kewibawaan, sebagaimana Allah berfirman:



هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا



“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati (kalbu) orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Fath: 4)



  • Berdebarnya kalbu karena cinta kaum mukminin, sebagaimana Allah berfirman:



وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ



“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)



  • Selamatnya hati dari iri dan dengki, sebagaimana Allah berfirman:



وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ



“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imraan: 103)



Apabila hati kita telah demikian maka bersyukurlah kepada Allah dengan mempertahankannya dan memeliharanya agar dapat istiqamah. Namun sebaliknya bila tanda-tanda ini belum ada maka hendaknya banyak lagi bertaubat .



Mari obati kalbu kita agar selamat didunia dan akherat.[Ustadz Abu Hasan]




JANGAN MENIUP MAKANAN / MINUMAN PANAS, BAHAYA...!


Inilah bagian dari sunnah Rasulullah SAW, yaitu Larangan Meniup/Menghembus Makanan Atau Minuman Panas.


Hadist Ibnu Abbas menuturkan



"Bahwasanya Nabi s.a.w melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya."



{HR. At Tirmidzi & dishahihkan oleh Al-Albani}




Alasan yg dikemukakan adalah bahwa secara kimia nafas manusia mengeluarkan CO2 & gas ini dapat larut ke dalam makanan menghasilkan asam karbonat (catatan di teks H2CO3 ditulis sebagai asam cuka.




Secara Teori Kimia Bahwa:



“ apabila kita hembus nafas pada minuman, kita akan mengeluarkan C02 yaitu carbondioxida,yg apabila bercampur dg air H20,akan menjadi H2C03,yaitu sama dg cuka,menyembabkan minuman itu menjadi acidic.




Rasulullah s.a.w. menyuruh kita ketika minum seteguk demi seteguk,jgn langsung satu gelas sambil bernafas di dalam gelas, hal ini juga dilarang, ternyata hikmahnya, bahwa ketika kita minum langsung banyak, maka ada kemungkinan kita akan bernafas di dalam gelas, yg akan menyebabkan reaksi kimia seperti di atas.




Secara Fisika:



proses pelarutan gas C02 hasil pernafasan manusia ke permukaan air akan sangat kecil. Selain kepekatan gas C02 yg dihasil juga kecil, sentuhan antara molekul gas C02 pada fasa gas juga tidak akan mudah menembus permukaan cairan, walaupun suhu fasa cecair atau pepejal makanan ini terlalu tinggi (makanan masih panas).



Alasan yg lebih Logika adalah pada saat manusia mengeluarkan udara hasil pernafasan serta mengeluarkan udara saat meniup, maka pasti mengeluarkan wap air & berbagai partikel yg ada dr dalam rongga mulut. Paling mudah dikesan adalah nafas atau bau mulut juga sering tercium. Bau mulut ini menujukkan ada partikel yg juga dikeluar dr mulut. Partikel ini dapat berasal dari sisa makanan yg tertinggal dicelah-celah gigi. Selain itu ada juga yang berupa mikroorganisme ysng merbahaya iaitu bersifat sebagai pathogen. Hal inilah yg harus dihindari supaya jangan terbawa sehingga kerana berupa partikel padatan akan dapat memasuki & meracuni pada makanan yg ditiup.





Kandungan :



Meniup lebih kuat daripada bernafas. Oleh karena itu keduanya memiliki perbedaan hukum. 
Haram hukumnya meniup di dalam bejana karena dapat mengakibatkan orang lain merasa jijik terhadap air atau minuman tersebut.



Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 3/166-166.
 

Abiiklil Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger