Showing posts with label Khutbah Jum'at. Show all posts
Showing posts with label Khutbah Jum'at. Show all posts

BELAJAR IHLAS DARI PERANG MUKTA

Friday 5 April 2013



إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لا نبيّ بعده . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah,
Hari ini kita berada di Jum’at terakhir bulan Jumadil Ula 1434 H. Pada bulan yang sama, 1426 tahun yang silam, sebuah perang besar dilakukan umat Islam. Mengapa besar? Karena saat itu Rasulullah mengutus 3.000 pasukan. Jumlah pasukan terbesar yang sampai saat itu hanya tertandingi dengan jumlah pasukan Islam pada Perang Khandaq.

Perang yang kemudian dikenal sebagai Perang Muktah itu bermula ketika Rasulullah mengutus Al Harits bin Umair untuk mengantarkan surat kepada pemimpin Bushra. Namun di perjalanan, Al Harits dihadang Syurahbil bin Amr Al Ghassany, pemimpin Al Balqa’ yang berada di bawah Qaishar Romawi. Syurahbil mengikat Al Harits dan membawanya ke hadapan Qaishar, lalu memenggal lehernya.

Membunuh utusan merupakan kejahatan yang sangat keji sekaligus mengumumkan perang kepada negara pengutus. Karena itulah Rasulullah sangat murka dan menghimpun 3.000 pasukan. Sebelum memberangkatkan pasukan beliau menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai pemimpin pasukan seraya berpesan: “Jika Zaid gugur, penggantinya adalah Ja’far. Jika Ja’far gugur, penggantinya adalah Abdullah bin Rawahah.”

Pesan ini aneh. Belum pernah Rasulullah berpesan seperti ini dalam perang-perang sebelumnya. Kelak, para sahabat dan sejarah mencatat bahwa itu adalah prediksi nubuwah / prediksi kenabian yang benar-benar terjadi, yaitu mereka yang disebut, benar-benar gugur dalam Perang Muktah tersebut.

Jamaah Jum’at rahimakumullah,
Singkat cerita, 3.000 pasukan Islam melawan 200.000 pasukan Romawi. Jumlah yang sangat tidak seimbang. Perang ini mengakibatkan tiga panglima perang yang ditunjuk Rasulullah gugur sebagai syahid , yaitu Zaid bin Haritsah, Ja’far dan Abdullah bin Rawahah.

Rasulullah memang menunjuk urutan panglima mulai dari Zaid, Ja’far lalu Ibnu Rawahah. Tetapi setelah itu tidak ada petunjuk. Padahal bendera perang  jatuh dan harus diselamatkan, perang harus dilanjutkan, harus ada pemimpin baru. Pada saat itulah seorang sahabat dari Bani Ajlan, Tsabit bin Arqam maju dan menyelamatkan bendera. Setelah bendera di tangannya ia berteriak, “Wahai semua muslim, angkatlah pemimpin baru!”
“Engkau saja,” jawab mereka.
“Aku tidak akan sanggup” kata Tsabit yang kemudian mencari seseorang dan memintanya memimpin. “Kau yang harus memimpin wahai Abu Sulaiman” semula ia menolak, tetapi setelah musyawarah singkat menunjuknya, Abu Sulaiman pun memimpin dengan gagah berani. Dialah yang disebut Rasulullah Syaifullah (pedang Allah), yang kemudian lebih dikenal dengan Khalid bin Walid.

Jamaah Jum’at rahimakumullah,
Ada sebuah nama yang disebutkan dalam sejarah Perang Muktah tersebut. Tsabit bin Arqam. Nama itu mungkin asing bagi kita, karena ia memang tidak terkenal dan tidak ingin terkenal. Dalam sepanjang sirah nabawiyah/ sejarah nabi, namanya hanya disebut satu kali itu, dalam Perang Muktah. Sebelum dan sesudahnya tidak disebut lagi. Tetapi, jasanya sangat besar. Ia ikut berperang, berjihad. Bahkan pada perang kali ini ia menyelamatkan bendera, melanjutkan jalannya peperangan, mengamankan masa transisi / peralihan hingga terpilihnya pemimpin baru.

Jamaah Jum’at rahimakumullah,
Kita membutuhkan orang-orang seperti Tsabit bin Arqam ini. Jasanya besar, meskipun ia tidak terkenal. Kita juga perlu belajar dari Tsabit bin Arqam, yang terus beramal, terus berkarya, berkontribusi, menyumbang jasa besar, tanpa mempedulikan apakah kita akan dikenal atau tidak. Keihlasan seperti inilah yang sulit dan barangkali cukup langka di zaman kita, hari–hari ini. Tetapi hanya dengan ikhlas-lah, amal-amal kita akan bernilai di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tanpa keikhlasan, sirnalah segala amal, sia-sia dalam pandangan-Nya.

Ikhlas inilah yang menjadi kaidah agama Allah secara mutlak, baik Islam di masa kini maupun agama samawi di masa sebelumnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

"Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya beribadah kepada Allâh dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus..." (QS. Al Bayyinah : 5)

Allah Azza wa Jalla juga mengajarkan kepada kita untuk meneguhkan keikhlasan dalam setiap amal, bahkan dalam setiap langkah kehidupan kita. 


قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam..." (QS. Al An'am : 162)

Maka segala amal, baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah, semuanya harus berangkat dari ikhlas, semata-mata untuk Allah. Jika ikhlas ini sudah mendarah daging, sudah menjadi landasan amal, sudah menjadi ruh ibadah, maka pada setiap aktifitas tidak terlalu penting bagi kita, apakah itu akan dipuji orang atau tidak. Tidak penting bagi orang yang ikhlas, apakah amalnya akan diingat orang atau tidak. Tidak penting bagi orang yang ikhlas, apakah kontribusi sosialnya akan ketahui orang banyak  atau tidak. Tidak penting bagi orang yang ikhlas, apakah karyanya akan ditulis sejarah atau tidak. 

Orang yang ikhlas itu berpikir produktifitas, bukan popularitas. Orang yang ikhlas itu fokus pada peran dan pekerjaan, bukan status dan jabatan. Orang yang ikhlas itu berorientasi pada persoalan apakah amalnya diterima Allah Ta'ala, bukan pada apakah manusia melihatnya. Dan sekali lagi, tanpa keikhlasan, sirnalah segala nilai amal, betatapun besarnya.



Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah,
Di zaman modern saat ini, sangat sulit untuk meluruskan niat menjadi ikhlas. Banyak godaan datang, termasuk godaan ingin disanjung dan ingin dihormati. Tetapi tidak ada pilihan lain agar amal kita diterima Allah, kecuali dengan ikhlas. Sebagaimana Tsabit bin Arqam mengajarkan kepada kita, melakukan pekerjaan besar dengan ikhlas tanpa mempedulikan popularitas. Tetap beramal walaupun kita tak pernah dikenal.

Jama'ah Jum'at rahimakumullah,
Selain popularitas, ingin dikenal, ingin dipuji dan ingin dikenang, godaan keikhlasan lainnya adalah meniatkan amal akhirat untuk tujuan dunia. Untuk mendapatkan harta, kekayaan, jabatan atau kekuasaan. Di dalam sirah nabawiyah pernah dicontohkan ada seorang yang ikut berjihad, ia mati dalam kondisi mencuri satu benda bagian dari ghanimah. Nilainya tidak seberapa, tetapi ketidakikhlasan dalam berjihad itu membuatnya tidak mendapatkan pahala sebagai syuhada.

Maka bayangkanlah, jika nanti pada yaumul hisab (hari perhitungan), kita menyangka catatan kebaikan kita banyak, bertumpuk-tumpuk, menggunung. Sebab di dunia memang kita banyak beramal. Tetapi alangkah kecewanya kita jika semua amal kita tidak dinilai sama sekali karena tidak ada ikhlas di dalam hati. Alangkah sedihnya kita, jika di waktu itu kita hanya menemui catatan kejelekan, tanpa pahala dan kebaikan.

Jama'ah Jum'at rahimakumullah,
Kita tak bisa selamat kecuali hati kita ikhlas. Di akhirat itu tidak bermanfaat harta yang dulunya kita kejar dengan menggadaikan keikhlasan dalam beramal. Bahkan tidak bermanfaat anak-anak yang kita banggakan. Kecuali hati kita bersih, dipenuhi keikhlasan.


يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ * إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

"(yaitu) hari yang tiada bermanfaat harta dan anak-anak. Kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih" (QS. Asy Syu'ara : 88-89)
Mengahiri khutbah ini, kita berdoa dan memohon kepada Allah ; Mudah-mudahan Allah senantiasa menjaga hati kita , menjaga kebersihan hati kita hingga ahirnya mudah-mudahan Allah menganugerahkan keihlasan dalam hati pada setiap amal yang kita kerjakan, Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH JUM'AT KEUTAMAAN ILMU

Friday 21 December 2012


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لا نبيّ بعده . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Saudara-saudaraku kaum muslimin sidang Jum’at rahimakumullah


Pada kesempatan yang berbahagia ini, khatib mengingatkan utamanya kepada diri saya pribadi dan juga kepada jama’ah pada umumnya, untuk senantiasa meningkatkan taqwa kepada Alloh, dengan sebenar-benarnya takwa yaitu ikhlas menjalankan apa yang telah diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang telah dilarang. Kemudian marilah kita senantiasa mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT semata. Allah telah melimpahkan kepada kita sedemikian banyak nikmat. Jauh lebih banyak nikmat yang telah kita terima dibandingkan kesadaran dan kesanggupan kita untuk bersyukur. 

Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah



Dalam Surat Al-Mujadalah ayat 11, Allah Berfirman :




“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu, maka berdirilah’, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”


Menurut ayat tersebut, Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa tingkat. Oleh karenanya Allah menyuruh manusia berpikir menggali ilmu pengetahuan, membentuk majelis ta’lim, membaca ayat-ayat Allah, baik ayat yang tertulis maupun yang tercipta yaitu segala sesuatu yang diciptakan Allah misalnya langit, bumi, gunung, bintang, dll.



Kaum muslimin sidang Jum’at yang berbahagia,
Ilmu adalah lawan dari kebodohan. Kebodohan akan menjerumuskan seseorang ke dalam kemaksiatan dan kefasikan, bahkan ke dalam kemusyrikan atau kekafiran. Sedangkan Ilmu akan menambah keimanan kita, semakin dalam ilmu yang kita gali maka akan semakin bertambah pula keimanan kita.

orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan kebodohan, maka sesungguhnya mereka lebih banyak merusak daripada membangun! Sebagaimana dikatakan oleh sebagian Salafush Shalih:
مَنْ عَبَدَ اللهَ بِجَهْلٍ , أَفْسَدَ أَكْثَرَ مِماَّ يُصْلِحُ
Barangsiapa beribadah kepada Allah dengan kebodohan, dia telah membuat kerusakan lebih banyak daripada membuat kebaikan. (Majmu’ Fatawa 25/281)

oleh karena itu, Allah SWT menolak mensejajarkan orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu, sebagaimana Dia juga menolak mensejajarkan pennghuni jannah dengan penghuni neraka. Allah berfirman :

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَيَعْلَمُونَ … ( ألزمر : 9 )
Artinya : “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?”

لاَيَسْتَوِى أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ … ( الحشر : 20 )

Artinya : “Tidak sama para penghuni jannah dengan penghuni neraka.”
Saudaraku…
·         orang yang berilmu, tentu tidak akan melakukan ghibah (menggunjing) atau orang biasa menyebutnya ngegosip,sebab ia tahu akan bahaya menggunjing. Yakni pelaku ghibah Dianggap memakan bangkai daging saudara sendiri karena perbuatan ghibah itu dapat menghancurkan dan mematikan perjalanan hidup seseorang, sebagaimana digambarkan dalam alqur’an surat . Al-Hujarat: 12.
·         orang yang berilmu, tentu tidak akan percaya ramalan beberapa orang jika kiamat akan terjadi pada tanggal 21-12-2012, sebab ia tahu tidak ada seorangpun yang tahu kapan akan datangnya hari kiamat, Rosulullah sekalipun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh malaikat Jibril yang datang dalam wujud seorang Arab Badui, beliau ditanya mengenai kapan hari kiamat terjadi. Lantas beliau menjawab,
مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ
Orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.”
Sungguh sangat mengherankan yang terjadi saat ini. Beberapa kelompok atau tukang ramal yang sudah pasti suka berdusta, ada yang mengetahui kapan terjadinya kiamat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak mengetahui terjadinya hari kiamat, padahal beliau adalah orang yang paling dekat dengan Allah.

·         Orang yang berilmu, tentu tidak akan mengucapkan selamat hari natal kepada pemeluk nashrani, sebab ia tahu bahwa dengan mengucapkan ((Selamat Hari Natal = Selamat hari lahirnya "tuhan" kalian = selamat menyembah salib = selamat kalau Allah punya anak = selamat bertrinitas = selamat memusuhi agama tauhid (Islam) = Selamat bahagia dengan bangkitnya kaum salibis yang senantiasa mengharapkan hancurnya Islam)). Ucapan selamat natal lebih parah dari pada ucapan : Selamat berzina..., selamat mabuk..., selamat mencuri..., selamat membunuh..., selamat korupsi..., 
Oleh karena itu imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya "Ahkaam Ahli Adz-Dzimmah jilid 1/441" memberikan hukum haram bagi yang seorang muslim yang melakukan perbuatan tersebut. Toleransi  tidak harus di wujudkan dengan menggadaikan aqidah islam.
·         Orang yang berilmu, tentu  tidak akan menyia-nyiakan waktunya hanya untuk melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat, sebab ia tahu akan pentingnya waktu bagi seorang muslim. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Ada dua ni'mat yang dilalaikan oleh manusia, manusia tertipu dengan nikmat tersebut: yaitu nikmat sehat dan waktu luang." 
(HR. al-Hakim yang telah dishahihkan Syaikh al-Albani dalam kitab Al-Jami')
Orang yang berilmu tentu akan mengisi waktunya dengan amalan-amalan yang mamu mendekatkan dirinya dengan sang kholiq, Allah azza wajalla.
oleh karena itu , Rosululloh SAW mewajibkan kepada setiap muslim untuk mencari ilmu 

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim. [HR. Ibnu Majah, no:224, dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Ibni Majah]
Saudara-saudara kaum muslimin aazzaniyallahu waiyyakum,

tanda kebaikan seseorang adalah difahamkan dalam urusan agama, مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ.“Barangsiapa yang dikehendaki Allah padanya kebaikan, dia akan difahamkan dalam agama”
mengahiri khutbah ini, saya ingin kemukakan sebuah hadits dari Rosululloh SAW, mudah-mudahan cukup untuk memberikan semangat bagi kita untuk senantiasa tak lelah mencari ilmu . Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya –dengan hal itu- Allah jalankan dia di atas jalan di antara jalan-jalan sorga. Dan sesungguhnya para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thalibul ilmi (pencari ilmu agama). Dan sesungguhnya seorang ‘alim itu dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air. Dan sesungguhnya keutamaan seorang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang. Dan sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak. [HR. Abu Dawud no:3641, dan ini lafazhnya; Tirmidzi no:3641; Ibnu Majah no: 223; Ahmad 4/196; Darimi no: 1/98. Dihasankan Syeikh Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin 2/470, hadits no: 1388]

Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan pertolongan kepada kita, sehingga terasa ringan jasad ini untuk melangkah ke majlis-majlis ilmu dan tetap istiqomah mengamalkan ilmu yang kita dapat sehingga mudah-mudahan  kita termasuk orang-orang yang senantiasa meniti jalan surganYA Allah, Amin
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

Abiiklil Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger