Kenyataan tersebut memang selalu mengikuti kehidupan setiap umat manusia dalam meniti hidup di dunia ini. Sebagian diantara mereka ada yang mendapatkan pencearahan dari Tuhan dan cepat menyadari atas kekeliruannya dan memperbaikinya, dan sebagiannya lagi sesungguhnya telah menyadari atas kesalahan yang diperbuat, namun tidak cepat mengubah serta meperbaikinya dan tetap saja masih melakukan kesalahan tersebut. Dan yang tragis lagi ialah mereka yang tidak menyadari kesalahannya sendiri dan nyaman dengan kesalahan yang terus dilakukannya.
Sebagai umat beriman, tentu kita perihatin menyaksikan kondisi seperti itu, terutama terhadap dua macam orang yang digambarkan terakhir. Kenapa mereka sudah menyadari atas kesalahan, tetapi tidak berusaha mengubahnya kea rah yang benar, sambil memohon ampunan kepada Tuhan atas kesalahan yang telah dilakukannya, tetapi malah tetap saja melakukan kesalahan tersebut. Sedangkan bagi mereka yang belum menyadari kesalahan yang terus dilakukannya, tentu ada persoalan dalam diri mereka, terutama panggilan jiwa dan nurani yang sangat mungkin tertutup oleh hal hal buruk yang mengalahkannya.
Kita tidak bisa berbuat apa apa terkecuali hanya mendoakan agar mereka yang selama ini selalu bergelimang dengan kesalahan dan dosa, mendapatkan petunjuk dari Tuhan dan kemudian menyesali seluruh perbuatannya dan bertobat untuk tidak mengulanginya lagi. Mengapa kita perlu mendoakan mereka?, ya, sebagai sesame umat dan hamba Tuhan kita memang harus mempunyai kepedulian menolong mereka dan menyelamatkan mereka dari kehancuran yang semakin parah. Disamping itu dengan menolong mereka kita sekaligus juga mengusahakan kedamaian dan perbaikan kepada masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.
Nalarnya kalau seluruh umat manusia sebagai bagian dari masyarakat dan bangsa, menjadi baik, maka secara otomatis kondisi masyarakat dimana kita berada di dalamnya juga akan menjadi baik dan damai. Begitu juga sebaliknya kalau kondisi pelanggaran terhadap aturan masih selalu dilakukan oleh sebagian anggota masyarakat kita, tentu tidak akan tercipta ketenangan dan kedamaian di lingkungan kita. Jadi ada dua kuntungan yang dapat diraih dengan menolong mereka, meskipun hanya melalui doa, yakni keuntungan menyelamatkan mereka dari keterjerumusan dalam kehancuran dan sekaligus keuntungan untuk kita sendiri.
Saat ini kita sedang berada di bulan Ramadlan, bulan yang penuh dengan berkah dan ampunan dari Tuhan. Untuk itu sangat tepat manakala di saat saat seperti ini kita merenung dan saling mengingatkan kepada sesame untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan perbaikan dalam segala hal, termasuk pertubatan atas berbagai kesalahan dan dosa yang selama ini telah kita lakukan.
Memang untuk melakukan pertaubatan tidak musti dilakukan pada bulan Ramadlan, melainkan pada bulan dan saat apa saja yang memungkinkan seseorang menyadari atas kesalahannya. Namun diakui ataupun tidak pada bulan Ramadlan seperti saat ini kemungkinan menyadari kesalahan menjadi lebih besar dibandingkan pada saat lainnya. Alasannya sangat jelas bahwa di bulan Ramadlan ini kondisi dan lingkungan sangat mendukung untuk itu, bahka secara spiritual di bulan Ramadlan diyakini bahwa godaan setan menjadi berkurang dan semangat dan dorongan untuk melakukan kebaikan menjadi naik dan bertambah.
Sebagaimana diketahui bahwa nabi Muhammad saw, melalui riwayat yang disampaikan oleh al-Bukharai dan lainnya telah menyatakan bahwa pada bulan Ramadlan itu pintu pintu surge dibuka lebar dan pintu nerakan ditutup rapat serta setan dan iblis dibelenggu. Makna riwayat tersebut memang tidak harfih bahwa pintu surge dibuka dan neraka ditutup serta setan dirantai sehingga tidak bisa legi menggoda umat manusia, melainkan hanya sebatas majazi yang menggambarkan bahwa dalam suasana Ramdlan tersebut dorongan untuk melakukan kebaikan, termasuk ibadah dan amal social begitu tinggi. Hal tersebut terutama bila dibandingkan dengan bulan selain Ramadlan, dimana gairah beribadah umat dirasa kurang dan dorongan untuk beramal social juga kurang kuat.
Untuk itu sekali lagi dalam bulan suci ini kita berharap dan mendorong kepada semua umat muslim untuk bisa mewujudkan pertaubatan yang sesungguhnya, yakni menyadari semua kesalahan yang selama ini diperbuat, baik dalam skala yang besar maupun kecil dan kemudian menyesali serta berkomitmen untuk beralih dengan perbuatan baik dan bermanfaat.
Namun bukannya kemudian kesalahan yang bersifat pelanggaran atas ketentuan hokum dengan sendirinya akan terhapus, melainkan justru dengan kesadaran seperti itu akan timbul kesadaran lainnya yakni mengembalikan segala hal yang sesungguhnya bukan haknya. Kalau misalnya aib dan kesdalahan tersebut kemudian ditutp oleh Tuhan dan tidak diproses dipengadilan dunia, maka hal tersebut harus disyukuri dengan terus meningkatkan kebaikan, tetapi manakala kemudian kesalahan yang dilakukan ternyata diketahui dan kemudian diproses di pengadilan dunia, maka itupun harus diterima dengan penuh keikhlasan dan sekaligus sebagai bentuk pertanggung jawaban atas perbuatan salah yang dilakukannya.
Bukankah hokum dunia dan penderitaanya masih sangat ringan dibandingkan dengan hokum dan kesengsaraan akhirat?. Nah, untuk itulah menyadari kesalahan dan menjalani hukuman lebih awal merupakan sebuah anugrah yang harus disyukuri juga, ketimbang menjalani hukuman disebabkan oleh keterpaksaan dan dijalaninya dengan tidak ikhlas atau bahkan dari pada menjalaninya di akhirat nanti.
Memang kita semua menyadari bahwa hal tersebut cukup berat untuk dijalani, namun kaita harus yakin bahwa berhijrah dari kebatilan menuju kebenaran adalah jalan yang paling baik dan gentel bagi kita. Dan saat ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk mempraktekkannya. Tentu sambil terus berdoa kepada Tuhan agar kiranya semua kesalahan yang pernah dilakukan akan ditutp oleh Tuhan serta dimaafkan.
Itu semua diibaratkan pada persoalan kesalahan besar yang merugikan banyak umat, seperti praktek korupsi, penipuan, suap, dan sejenisnya. Tetapi kalau diibaratkan pada persoalan yang tingkatannya lebih ringan, tentu sangat diharapkan juga kesadaran yang tulus untuk menghentikannya dan mengubah menjadi lebih baik dengan amalan yang memberikan manfaat bagi siapapun.
Pendeknya bulan Ramadlan ini merupakan saat yang sangat tepat untuk memperbaiki diri dan mengubah perilaku kita dari jelek menjadi baik dan dari baik menjadi lebih baik. Niat dan sekaligus mewujudkannya di bulan ini jauh akan terasa mudah dan ringan dibandingkan dengan mewujudkannya di bulan lainnya. Semoga Tuhan senantiasa memberikan hidayah dan keberanian kepada kita untuk memutuskan sesuatu yang akan menentukan masa depan kita, terutama di akhirat nanti. amin
0 comments:
Post a Comment